Kamis, 30 September 2021
Mbojo Mantoi Jejak Peradaban Bima
Puisi
Tuhan tidak tidur
Maafkan aku
Selasa, 28 September 2021
Dukungan Kepala Sekolah SDN 55 Dara Kota Bima Terhadap Program Calon Guru Penggerak.
Minggu, 26 September 2021
Puisi
Sabtu, 25 September 2021
JURNAL MINGGUAN 6
Kamis, 16 September 2021
JURNAL REFLEKSI AKSI NYATA MODUL 1.1. FILOSOFI KI.HAJAR DEWANTARA
JURNAL REFLEKSI MODUL 1.1
sampailah saya pada sebuh kesimpulan, bahwa murid saya belum bahagia. Mengapa saya berani berkata demikian? Karna saya sendiri belum merasa bahagia dan puas akan apa yang telah saya lakukan dan capai selama ini. Saya merasa masih egois, terlalu serius pada aturan dan tuntutan sekolah. Tanpa menyadari bahwa hakekat yang paling dibutuhkan oleh seorang anak kelak ialah selamat dan bahagia, bukan rentetan angka yang tinggi tapi tidak memberi jaminan mereka bahagia kelak.
saya harus reflektif jika saya mau berubah. Program Guru Penggerak mencerahkan paradigma berpikir saya akan nilai-nilai dan peran saya sebagai seorang guru yang sebenarnya.
b. Proses perubahan paradigma
Ki.Hajar Dewantara, berkata pendidikan adalah menuntun anak kearah kodratnya. Anak-anak mempunyai kodratnya masing-masing. yang masih samar. Tinggal bagaimana guru hadir dan mampu menebalkan kodrat tersebut menjadi esensi yang berguna untuk anak tersebut dalam meraih keselamatan dan kebahagiaannya baik sebagai manusia seutuhnya maupun sebagai manusia sosial yang hidup bersama kelompoknya.
Kodrat anak perlu dipahami oleh seorang pendidik untuk mampu menyelami hati anak dan mampu menyelami perannya sebagai seorang pejuang digaris depan pendidikan bangsa.
Paradigma berpikir seorang pendidik adalah kunci yang mampu menciptakan perubahan. karna apa gunanya sebuah peruabahn jika itu bernilai kosong tanpa nyawa. Kalau hanya sekedar ilmu yang dipelajari dari luar tanpa merubah paradigma seseorang, ilmu itu bagaikan sekedar ilusi belaka yang akan hilang jika sudah dianggap tidak penting. Penting sekali paradigma ini ditanamkan dan diyakini sebagai dasar perubahan.
Paradigma yang bersumber dari Ki.Hajar Dewantara, sosok yang peduli akan perkembangan pendidikan bangsa yang merdeka.
c. Perasaan saya
Perasaan ini akan terekspresikan dengan jujur jika saya sudah melalui proses berpikir kemudian merubah paradigama, lalu saya meyakini akan apa yang saya jalani. Tanpa kepura-puraan dan tendensi tertentu dengan yakin saya berkata " Saya bahagia saat ini".
2. 2. Ide atau gagasan yang timbul sepanjang proses perubahan
Ide yang
muncul dan yang harus saya dahulukan adalah
1. Melakukan perubahan cara mengajar
Perubahan yang saya lakukan disini
tidak hanya mengajar dikelas tapi juga mengajar diluar kelas seperti ditaman
sekolah. Melakukan pembelajaran yang disenangi oleh anak sesuai dengan yang
mereka inginkan.
2. Membiasakan Budaya 6 S disekolah
Pembiasaan budaya 6S (Salam, salim, Sapa,
Senyum, Sopan dan Santun).
- Pembelajaran dan pengalaman dalam bentuk
catatan praktik baik . 1. Penerapan pembelajaran yang berpusat
pada siswa
b. Mendesain pembelajaran tersebut menjadi lebih hidup, menarik dan sesuai dengan kodrat anak
c. Meminimalisir peran guru dan mengaktifkan peran siswa dalam proses KBM
d. Membuat anak-anak bahagia saat belajar
e. Menerapkan cara dan gaya belajar yang berbeda-beda untuk meningkatkan semangat belajar siswa.
Senin, 30 Agustus saya mulai mencoba untuk menerapkan budaya 6S disekolah SDN 55 Dara Kota Bima. SDN 55 Dara Kota Bima adalah sekolah yang terletak dipusat Jantung Kota Bima. Beralamat Jalan Sultan Muhammad Salahuddin No.05 Kecamatan Rasanae Barat Kota Bima. Lokasi sekolah sangat strategis karna dekat dengan terminal bus dara, polsek Bima Kota, Puskesmas Dara dan Pusat jajanan Kota Bima.
A. Latar Belakang mengambil Budaya 6S
C. Implementasi 6S
Hari pertama (Senin, 30 Agustus 2021)
A. Budaya
Salam, Senyum, Sapa, Salim saat dipintu gerbang
Hari ini Senin 30 Agustus 2021 Jam 06.50 saya datang lebih awal kesekolah. Ingin menyambut siswa didepan pintu gerbang sekolah. Kegiatan penanaman Budaya 6 S ini saya awali pada pagi hari. Saat saya datang , Sekolah masih sepi dan juga dalam keadaan mati lampu. Tapi penjaga sekolah yang bertugas mengukur suhu anak sudah siap dipintu gerbang menunggu anak-anak datang. Saya mencoba untuk berdiri dibelakang pintu gerbang menyambut anak-anak yang hadir awal dipagi hari. Ini adalah langkah awal yang saya lakukan untuk menanamkan budaya salam dipagi hari. Untuk penerapan budaya sapa, saya gunakan kalimat “Salam dan Bahagia” yang saya pelajari di PGP.
B. Budaya Salam, Senyum ,Sapa dan Salim Saat proses belajar mengajar
Penanaman
budaya sapa kami terapkan dalam pembelajaran baik dalam kelas maupun diluar
kelas. Lewat permainan dan praktek –
praktek baik diluar kelas.
Budaya sapa ini saya terapkan agar antara guru dan siswa timbul rasa saling mengenal dan saling menghargai satu sama lain. Siswa menghargai dan menghormati gurunya begitu pula guru menghargai dan menyayangi siswa-siswa.
C. Budaya Sopan santun
Saat menghadapi anak-anak yang tidak tertib saya berusaha menahan diri untuk lebih sabar dan lagi-lagi tidak menuntut. Disini berusaha menegur mereka dengan tutur kata yang sopan dan santun, memanggil mereka sambil tersenyum. Saya mencoba menerapkan “pembinaan” bukan hukuman untuk menyadarkan siswa akan perbuatan salahnya. Dengan menjelaskan dampak dan resiko yang terjadi akibat aperbuan mereka bagi orang lain.
Contoh 1:Septi, Irawan secara sengaja mendorong temannya. Kemudian saya panggil untuk maju di depan kelas. Pada awalnya mereka tidak mau maju kedepan mungkin saja mereka takut saya marahin, tapi setelah saya beritahu dan panggil dengan lembut disertai senyum akhirnya mereka mau maju kedepan kelas. saat itu baju Septi dan Irawan awalnya diluar. Lalu saya katakan pada mereka berdua. “Septi sama Irawan ganteng kali ya, kalau bajunya dimasukkan kedalam” Kata ku. Lalu mereka berdua berusaha memasukkan bajunya kedalam.
Contoh
2: Muamar secara tidak sengaja menjatuhkan
tinta spidol ditangga sekolah. Akhirnya baju 2 orang temannya kotor. Muamar
saya panggil beserta kedua temannya menanyakan perihal tersebut. Muamar mengaku
akan kesalahannya. Lalu saya bertanya padanya “ Amar, apakah perbuatan mu itu
merugikan orang lain?, Lihatlah, baju teman-teman mu menjadi kotor, dan mungkin
saja baju guru lainnya menjadi kotor akibat perbuatan mu”. “Bagaimana cara mu
untuk memperbaiki kesalahan dan kerugian yang sudah kamu perbuat”? Tanya saya
pada nya.
Muamar berkata” membersihkannya”. “ Lalu bagaimana caranya?” Akhirnya Muamar pergi mengambil serbet dilemari lalu mebasahinya dengan air kemudian pergi membersihkan pegangan tangga.
Saya
mencoba berbicara pada siswa tanpa menekan dan memaksa. Saat mereka tidak
membersihkan kelas, Saya berkata pelan pada anak-anak, “ kayanya kelas ini
kotor, apa yang harus kita lakukan agar kelas ini bersih, ya”?
Lalu
tanpa disuruh ada beberapa anak
laki-laki yang langsung mengambil sapu dan membersihkan kelas. Lalu saya
bertanya lagi “ apakah diluar ini juga kotor”? lalu cepat-cepat mereka
mengambil sapu untuk membersihkan kelas bagian depan. Tapi pada saat itu ada
juga anak-anak yang tidak
bangun
dari tempat duduknya untuk membantu. Saya coba untuk memahami itu dan saya
tidak ingin memaksa dan menuntut mereka karna disini saya mencoba menanamkan
kebiasaan bukan memaksakan suatu kebiasaan.
Penanaman
budaya 6 S pada hari pertama ini bukan tanpa kendala, Adapun kendala yang saya dihadapi ialah;
1. Tidak semua pihak sekolah mendukung
apa yang saya lakukan.
Contohnya, Hari ini, Seni 30 Agustus, saya mencoba membawa siswa untuk belajar diluar kelas. Yaitu dihalaman sekolah. Siswa terlihat sangat antusias sekali. Tapia da 1 orang guru yang berkata pada saya “ Ibu Novi mau, menjadi guru olahraga ya”?(Yang bertanya pada saya saat itu adalah guru olahraga) lalu saya menjawab “Bukankah guru itu bisa membawa siswanya belajar dimana saja, baik didalam maupun luar kelas”? jawab saya.
2. Hari pertama saya menerapkan Budaya Salam,Sapa,Salim ini sudah ada 3 orang siswa yang melakukan kebiasaan ini secara sadar. Dan beberapa siswa lainnya masih saya ingatkan untuk berlaku sopan bila berjalan depan guru.
3. Ada juga beberapa orang guru yang menyambut baik budaya yang saya terapkan ini, saya ceritaka pada guru-guru tersebut. Bahwa proses penanaman budaya baik ini adalah bentuk kepedulian kita terhadap budaya daerah yang sudah hampir hilang. Tentunya setelah saya belajar dalam program PGP ini saya semakin sadar bahwa tugas utama kami guru adalah bagaimana mempersemai benih-benih budaya.
4. Foto bercerita’ dari seluruh rangkaian pelaksanaan (perencanaan, penerapan dan refleksi) aksi nyata.
Perencanaan;
1. Foto penyampaian Budaya 6 S kepada kepala sekolah
2. Foto Penyampaian program 6S kepada guru
Penerapan
3. Refleksi
1. Program 6S dilakukan diawali dipintu gerbang sekolah, dalam kegiatan budaya sekolah dan Proses Kegiatan Pembelajaran.
2. Program 6S diperkuat lagi oleh dukungan Kepala Sekolah dan guru-guru SDN 55 Dara Kota Bima
5. Testimoni Guru dan Murid yang terlibat dalam proses perubahan yang saya lakukan
|
Waktu
Waktu berlalu Tinggalkan pedih perih Bila ingat kenangan lalu Tak menentu kemana hati melangkah Tak terasa banyak hal yang sudah kulalui B...
-
A. Pemahaman Nilai dan Peran Guru Penggerak 1. Pemahaman Akan Nilai dan Peran Guru Penggerak P endidikan merupakan kebutuhan primer bagi man...
-
6 LANGKAH BRILIANT MENULIS BUKU BEST SELLER. Kegiatan saya 3 hari ini cukup padat sekali. Mempersiapkan materi pengajaran DARIN...
-
JURNAL REFLEKSI MODUL 1.1 1. Perasaan selama melakukan perubahan di kelas Setelah belajar selama seminggu dalam program guru penggerak,...