Kamis, 16 September 2021

JURNAL REFLEKSI AKSI NYATA MODUL 1.1. FILOSOFI KI.HAJAR DEWANTARA

 

JURNAL REFLEKSI MODUL 1.1

1. Perasaan selama melakukan perubahan di kelas 

Setelah belajar selama seminggu dalam program guru penggerak, saya mencoba mengaplikasikan apa yang saya peroleh  dari proses belajar tersebut kedalam praktik baik disekolah. Langkah awal ini saya mulai dari melakukan reflektif melihat sejauh apa yang sudah saya lakukan selama ini.

a. Proses Reflektif diri

Proses reflektif diri terhadap apa yang sudah saya lakukan selama ini sebagai seorang guru, yang memimpin pembelajaran didalam kelas. Bagaimana saya mengajar, mendidik, melatih, merencanakan, melaksanakan hingga pada proses evaluasi pembelajaran.

 Apakah murid sudah memahami pelajaran yang saya berikan, Apakah saya sudah puas dengan hasil yang saya lihat selama ini? apakah, apakah dan masih banyak pertanyaan lain yang mulai berputar diotak saya untuk dipecahkan. 

Tapi pertanyaan dasarnya ialah apakah murid-murid sudah bahagia? 

sampailah saya pada sebuh kesimpulan, bahwa murid saya belum bahagia. Mengapa saya berani berkata demikian? Karna saya sendiri belum merasa bahagia dan puas akan apa yang telah saya lakukan  dan capai selama ini. Saya merasa masih egois, terlalu serius pada aturan dan tuntutan sekolah. Tanpa menyadari bahwa hakekat yang paling dibutuhkan oleh seorang anak kelak ialah selamat dan bahagia, bukan rentetan angka yang tinggi tapi tidak memberi jaminan mereka bahagia kelak.

saya harus reflektif jika saya mau berubah. Program Guru Penggerak mencerahkan paradigma berpikir saya akan nilai-nilai dan peran saya sebagai seorang guru yang sebenarnya.

b. Proses perubahan paradigma

Ki.Hajar Dewantara, berkata pendidikan adalah menuntun anak kearah kodratnya. Anak-anak mempunyai kodratnya masing-masing. yang masih samar. Tinggal bagaimana guru hadir dan mampu menebalkan kodrat tersebut menjadi esensi yang berguna untuk anak tersebut dalam meraih keselamatan dan kebahagiaannya baik sebagai manusia seutuhnya maupun sebagai manusia sosial yang hidup bersama kelompoknya. 

Kodrat anak perlu dipahami oleh seorang pendidik untuk mampu menyelami hati anak dan mampu menyelami perannya sebagai seorang pejuang digaris depan pendidikan bangsa.

Paradigma berpikir seorang pendidik adalah kunci yang mampu menciptakan perubahan. karna apa gunanya sebuah peruabahn jika itu bernilai kosong tanpa nyawa. Kalau hanya sekedar ilmu yang dipelajari dari luar tanpa merubah paradigma seseorang, ilmu itu bagaikan sekedar ilusi belaka yang akan hilang jika sudah dianggap tidak penting. Penting sekali paradigma ini ditanamkan dan diyakini sebagai dasar perubahan. 

Paradigma yang bersumber dari Ki.Hajar Dewantara, sosok yang peduli akan perkembangan pendidikan bangsa yang merdeka.

c. Perasaan saya

Perasaan ini akan terekspresikan dengan jujur jika saya sudah melalui proses berpikir kemudian merubah paradigama, lalu saya meyakini akan apa yang saya jalani.  Tanpa  kepura-puraan dan tendensi tertentu dengan yakin saya berkata " Saya bahagia saat ini".


2.   2. Ide atau gagasan yang timbul sepanjang proses perubahan

Ide yang muncul dan yang harus saya dahulukan adalah

1.       Melakukan perubahan cara mengajar

Perubahan yang saya lakukan disini tidak hanya mengajar dikelas tapi juga mengajar diluar kelas seperti ditaman sekolah. Melakukan pembelajaran yang disenangi oleh anak sesuai dengan yang mereka inginkan.

2.     Membiasakan Budaya 6 S disekolah

Pembiasaan budaya 6S (Salam, salim, Sapa, Senyum, Sopan dan Santun).  

  1. Pembelajaran dan pengalaman dalam bentuk catatan praktik baik .   1. Penerapan pembelajaran yang berpusat pada siswa 

      a. Tetap melihat kurikulum dan materi ajar tapi tujuan pembelajaran disusun berdasarkan kemampuan siswa sesuai dengan kodrat dan lingkungan mereka.
b. Mendesain pembelajaran tersebut menjadi lebih hidup, menarik dan sesuai dengan kodrat anak
c. Meminimalisir peran guru dan mengaktifkan peran siswa dalam proses KBM
d. Membuat anak-anak bahagia saat belajar
e. Menerapkan cara dan gaya belajar yang berbeda-beda untuk meningkatkan semangat belajar siswa.
2.     Penerapan budaya 6S

Senin, 30 Agustus saya mulai mencoba untuk menerapkan budaya 6S disekolah SDN 55 Dara Kota Bima. SDN 55 Dara Kota Bima adalah sekolah yang terletak dipusat  Jantung Kota Bima. Beralamat Jalan Sultan Muhammad Salahuddin No.05 Kecamatan Rasanae  Barat Kota Bima. Lokasi sekolah sangat strategis karna dekat dengan terminal bus dara, polsek Bima Kota, Puskesmas Dara dan Pusat jajanan Kota Bima.

A. Latar Belakang mengambil Budaya 6S

              1.     Mengembalikan budaya luhur Bima yang hampir hilang tergerus zaman. Yaitu budaya Toa              (taat) Kepada Tuhan yang Maha Esa,  menghargai dan menghormati yang lebih tua. Karna                  Masyarakat Bima adalah masyarakat yang kental sekali dengan nilai-nilai religiusitasnya.
         2.   Menanamkan kesadaran siswa akan pentingnya nilai-nilai budaya untuk tetap lestari.
B. Strategi Penerapan Budaya 6S ini ialah:
1. CGP menyampaikan kepada Kepala Sekolah  SDN 55 Dara Kota Bima sebagai pemimpin institusi/ sekolah untuk mengatur strategi penerapan 6S ini dan bagaimana membagi informasi kepada seluruh warga sekolah agar pelaksanaannya maksimal dan berkelanjutan.
2. Menginformasikan Budaya 6S ini didalam kelas CGP dan Kelas lain, serta pada program-program budaya sekolah.
3. Membuat poster Budaya 6S ini dikelas, dan menempel ditempat strategis disekolah.
4. Menerapkan 6 S dimulai dari Kedatangan siswa dipintu gerbang hingga pada setiap budaya pembiasaan positif SDN 55 Dara Kota Bima

C. Implementasi 6S

Hari pertama (Senin, 30 Agustus 2021)

A. Budaya Salam, Senyum, Sapa, Salim saat dipintu gerbang

Hari ini Senin 30 Agustus 2021 Jam 06.50 saya datang lebih awal kesekolah. Ingin menyambut siswa didepan pintu gerbang sekolah. Kegiatan penanaman Budaya 6 S ini saya awali pada pagi hari. Saat saya datang , Sekolah masih sepi dan juga dalam keadaan mati lampu. Tapi penjaga sekolah yang bertugas mengukur suhu anak sudah siap dipintu gerbang menunggu anak-anak datang. Saya mencoba untuk berdiri dibelakang pintu gerbang menyambut anak-anak yang hadir awal dipagi hari. Ini adalah langkah awal yang saya lakukan untuk menanamkan budaya salam dipagi hari. Untuk penerapan budaya sapa, saya gunakan kalimat “Salam dan Bahagia” yang saya pelajari di PGP.

B. Budaya Salam, Senyum ,Sapa dan Salim Saat proses belajar mengajar

Penanaman budaya sapa kami terapkan dalam pembelajaran baik dalam kelas maupun diluar kelas. Lewat  permainan dan praktek – praktek baik diluar kelas.

Budaya sapa ini saya terapkan agar antara guru dan siswa timbul rasa saling mengenal dan saling menghargai satu sama lain. Siswa menghargai dan menghormati gurunya  begitu pula guru menghargai dan menyayangi siswa-siswa.

C. Budaya Sopan santun

Saat menghadapi anak-anak yang tidak tertib saya berusaha menahan diri untuk lebih sabar dan lagi-lagi tidak menuntut. Disini berusaha menegur mereka dengan tutur kata yang sopan dan santun, memanggil mereka sambil tersenyum. Saya mencoba menerapkan “pembinaan” bukan hukuman untuk menyadarkan siswa akan perbuatan salahnya.  Dengan menjelaskan dampak dan resiko yang terjadi akibat aperbuan mereka bagi orang lain.

Contoh 1:Septi, Irawan  secara sengaja mendorong temannya. Kemudian saya panggil  untuk maju di depan kelas. Pada awalnya mereka tidak mau maju kedepan mungkin saja mereka takut saya marahin, tapi setelah saya beritahu dan panggil dengan lembut disertai senyum akhirnya mereka mau maju kedepan kelas. saat itu baju Septi dan Irawan awalnya diluar. Lalu saya katakan pada mereka berdua. “Septi sama Irawan ganteng kali ya, kalau bajunya dimasukkan kedalam” Kata ku. Lalu mereka berdua berusaha memasukkan bajunya kedalam.

Contoh 2: Muamar secara tidak  sengaja menjatuhkan tinta spidol ditangga sekolah. Akhirnya baju 2 orang temannya kotor. Muamar saya panggil beserta kedua temannya menanyakan perihal tersebut. Muamar mengaku akan kesalahannya. Lalu saya bertanya padanya “ Amar, apakah perbuatan mu itu merugikan orang lain?, Lihatlah, baju teman-teman mu menjadi kotor, dan mungkin saja baju guru lainnya menjadi kotor akibat perbuatan mu”. “Bagaimana cara mu untuk memperbaiki kesalahan dan kerugian yang sudah kamu perbuat”? Tanya saya pada nya.

Muamar berkata” membersihkannya”. “ Lalu bagaimana caranya?” Akhirnya Muamar pergi mengambil serbet dilemari lalu mebasahinya dengan air kemudian pergi membersihkan pegangan tangga.

Saya mencoba berbicara pada siswa tanpa menekan dan memaksa. Saat mereka tidak membersihkan kelas, Saya berkata pelan pada anak-anak, “ kayanya kelas ini kotor, apa yang harus kita lakukan agar kelas ini bersih, ya”?

Lalu tanpa disuruh  ada beberapa anak laki-laki yang langsung mengambil sapu dan membersihkan kelas. Lalu saya bertanya lagi “ apakah diluar ini juga kotor”? lalu cepat-cepat mereka mengambil sapu untuk membersihkan kelas bagian depan. Tapi pada saat itu ada juga anak-anak yang tidak

bangun dari tempat duduknya untuk membantu. Saya coba untuk memahami itu dan saya tidak ingin memaksa dan menuntut mereka karna disini saya mencoba menanamkan kebiasaan bukan memaksakan suatu kebiasaan.


Penanaman budaya 6 S pada hari pertama ini bukan tanpa kendala, Adapun  kendala yang saya dihadapi ialah;

1.       Tidak semua pihak sekolah mendukung apa yang saya lakukan.

Contohnya, Hari ini, Seni 30 Agustus, saya mencoba membawa siswa untuk belajar diluar kelas. Yaitu dihalaman sekolah. Siswa terlihat sangat antusias sekali. Tapia da 1 orang guru yang berkata pada saya “ Ibu Novi mau, menjadi guru olahraga ya”?(Yang bertanya pada saya saat itu adalah guru olahraga) lalu saya menjawab “Bukankah guru itu bisa membawa siswanya belajar dimana saja, baik didalam maupun luar kelas”? jawab saya.

2.     Hari pertama saya menerapkan Budaya Salam,Sapa,Salim ini sudah ada 3 orang siswa yang melakukan kebiasaan ini secara sadar. Dan beberapa siswa lainnya masih saya ingatkan untuk berlaku sopan bila berjalan depan guru.

3.     Ada juga beberapa orang guru yang menyambut baik budaya yang saya terapkan ini, saya ceritaka pada guru-guru tersebut. Bahwa proses penanaman budaya baik ini adalah bentuk kepedulian kita terhadap budaya daerah yang sudah hampir hilang. Tentunya setelah saya belajar dalam program PGP ini saya semakin sadar bahwa tugas utama kami guru adalah bagaimana mempersemai benih-benih budaya.

4.     Foto bercerita’ dari seluruh rangkaian pelaksanaan (perencanaan, penerapan dan refleksi) aksi nyata.

Perencanaan;

1.  Foto penyampaian Budaya 6 S kepada kepala sekolah


2. Foto Penyampaian program 6S kepada guru



Penerapan 

 Budaya 6S dipintu gerbang sekolah 

                      

 Budaya 6S saat KBM

                        

Penerapan Pembelajaran yang berpusat pada siswa


Pembelajaran yang menyenangkan siswa

3. Refleksi

1. Program 6S dilakukan diawali dipintu gerbang sekolah, dalam kegiatan budaya sekolah dan Proses Kegiatan Pembelajaran.

2. Program 6S diperkuat lagi oleh dukungan Kepala Sekolah dan guru-guru SDN 55 Dara Kota Bima

5. Testimoni Guru dan Murid yang terlibat dalam proses perubahan yang saya lakukan




 Testimoni siswa

1. Titiyan Pratiwi Andani

Daftar Pertanyaan

a. Bagaimana dengan budaya salam 6S yang diterapkan didalam kelas?

b. Apa manfaat yang kamu dapat dengan perubahan yang ada dikelas mu?





2. Testimoni Rekan Sejawat

Nama guru: Ahmad, S.PdI

Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana tanggapan Bapak tentang peran Calon Guru Penggerak disekolah?

2. Bagaimana tanggapan Bapak dengan program 6S ini?

3. Hal baik apa yang bisa diambil guru dan murid dari program 6S ini?






 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Masukannya

Waktu

Waktu berlalu Tinggalkan pedih perih Bila ingat kenangan lalu Tak menentu kemana hati melangkah  Tak terasa banyak hal yang sudah kulalui  B...