Sabtu, 26 Februari 2022

Jurnal Mingguan 20

 Jurnal Mingguan 20

oleh: Novi Puspitasari,S.Pd

SDN 55 Dara Kota Bima


Hari ini, Sabtu 26 Februari 2022 saya mengikuti kegiatan Lokakarya 5. Refleksi yang bisa saya ambil dari kegiatan lokakarya 5 ini ialah bahwa menjadi seorang CGP perjuangannya takkan terhenti hanya karna faktor dana dan kelemahan lainnya karna CGP akan selalu semangat berjuang memberikan kreatifitas terbaik walaupun ditengah keterbatasan.

Berkaca  Pada Modul 3.2. tentang pengelolaan aset, saya sadar bahwa berpikir haruslah berdasarkan pada aset/ kekuatan yang ada pada diri dan sekitar bukan fokus pada kelemahan dan kekurangan semata. Proses sharing dan kolaborasi selalu kita lakukan saat mendapatkan kendala/hambatan. 

Dalam lokakarya 5 ini kami membahas tentang kompetensi apa yang sudah berkembang dan belum berkembang pada diri kami CGP. 

Saya menyadari sejak saya mengikuti program PGP dan menjadi CGP ada beberapa kompetensi yang mulai saya perhatikan dan asah, seperti kompetensi pengembangan diri dan orang lain. Pengembangan diri, seperti kepribadian yang semakin matang lewat pembelajaran PSE dan  KSE. Disamping untuk diri sendiri saya juga menerapkan PSE dalam pembelajaran dikelas, membangun relasi dan kolaborasi dengan warga sekolah dengan komunikasi efektif.  Menciptakan lingkungan kelas dan sekolah yang positif lewat budaya-budaya sekolah yang konsisten kami laksanakan. Menciptakan pembelajaran yang menyenangkan untuk murid lewat pembelajaran berdiferensiasi.

Strategi yang saya lakukan agar dapat mengembangkan kompetensi tersebut ialah dengan cara selalu berpikir positif terhadap setiap permasalahan dan keadaan, belajar membuka diri untuk mengenal banyak orang, mencoba dan selalu berusaha membuat kelas menyenangkan. Dalam proses pengembangan kompetensi dilakukan secara bertahap dan tidak instan, butuh usaha dan kemauan keras untuk berproses menjadi baik. Alhamdulillah berkat materi keren yang saya peroleh dari PGP, Pengajar praktik yang hebat saat pendampingan serta fasilitator yang sabar dan telaten dalam ruang kolaborasi menjadikan saya lebih baik dan berkembang lagi.



Dalam kegiatan Lokakarya 5, kami diminta untuk menggambarkan perasaan kami lewat gambar yang dibuat. Lalu, saya menggambar sebuah tangan yang memegang teko yang sedang menuang air dalam gelas. Gambar tersebut menceritakan bahwa perasaan saya dalam keadaan stabil dan tenang tanpa tekanan pekerjaan. Artinya saya datang ke lokakarya dalam keadaan siap untuk belajar menerima ilmu dan berbagi praktik baik bersama CGP dan Pengajar praktik. Saya berusaha fokus pada tujuan saya. Perasaan stabil dan tenang tentunya juga bermuara pada rasa nyaman dan bahagia karna berjumpa kembali dengan rekan-rekan CGP lainnya.



Saya sadar masih ada kompetensi lain yang harus saya kembangkan kedepannya diantaranya kompetensi manajemen program sekolah seperti kompetensi kewirausahaan yang belum pernah saya sentuh. Bagaimana melatih murid untuk mempunyai semangat, kerja keras dan berwirausaha. Guru-guru mempunyai semangat juang, pantang menyerah dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan berpusat pada murid. Kendala yang saya hadapi ialah pengaturan waktu dikarenakan kesibukan dan prioritas kerja lain yang harus didahulukan. Tapi saya akan berusaha untuk meminimalisir hambatan tersebut dengan melakukan sharing terlebih dahulu dengan rekan sejawat tentang keinginan saya serta kemudian kedepannya mengadakan rapat dengan seluruh PTK. Saya juga akan merancang sebuah pembelajaran/program yang memperkenalkan murid-murid pada dunia kewirausahaan baik semangat berwirausah maupun praktek langsung berwirausaha seperti membuat bunga dari kertas, asesoris, alat peraga mandiri dan makanan yang bisa dijual oleh murid. Ukuran keberhasilan bagi saya ialah jika saya melihat murid-murid saya bahagia, semangat bersekolah dan belajar meningkatkan kompetensi lain yang tersimpan dalam dirinya.



Kedepannya saya akan lebih reflektif diri lagi serta meningkatkan kompetensi manajemen saya.


Jumat, 18 Februari 2022

Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

KONEKSI ANTAR MATERI

Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran.
Oleh: Novi Puspitasari, S.Pd


Pengaruh Pratap Triloka Ki. Hadjar Dewantara terhadap pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.

Pratap Triloka adalah 3 semboyan yang kita kenal dengan, Ing Ngarso Sung Tuladha (didepan memberi teladan), Ing Madya Mangun Karsa ( ditengah membangun motivasi), Tut Wuri Handayani (dibelakang memberi dukungan). Semboyan yang selalu didengungkan setiap hari pendidikan, 2 Mei.

Bentuk pemaknaan dari ketiga semboyan tersebut secara garis besarnya ialah bahwa pendidik berfungsi sebagai Figur yang digugu dan ditiru, Motivator pembelajaran dan juga pendukung utama pendidikan. 

Walau zaman semakin maju, semboyan tersebut seakan tak lekang oleh waktu, pemikiran Ki. Hadjar Dewantara mampu terabsorb dalam perkembangan zaman. Berjalan seiring perkembangan ilmu dan teknologi. Diharapkan pendidik mampu memberi teladan layaknya sebuah mata air ditengah gurun pasir yang akan menyelamatkan negri dari dekradasi karakteristik.  Pemberi harapan besar akan bertahannya peradaban yang berbudaya serta mampu memfilter pengaruh budaya luar yang jauh dari budaya bangsa. 

Pendidik diharapkan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai figur yang bisa digugu dan ditiru, memegang teguh kejujuran, loyalitas, integritas, profesionalisme, disiplin ilmu dan juga etika. sehingga pada akhirnya mampu membuat keputusan dengan mencerna terlebih dahulu dampak baik dan buruknya semata-mata untuk siswa didik. 

Ing Madya mangun karsa, yaitu guru adalah motivator utama yang senantiasa memberi semangat lewat pembelajaran yang penuh kreatifitas, mengundang rasa ingin tahu melalui pendekatan, strategi, tehnik maupun cara-cara baru yang lebih brilian.

Tut Wuri Handayani, pendidik diharapkan mampu memberi dukungan baik moral maupun moril kepada siswa. Menganggap siswa sebagai anak sendiri yang senantiasa akan kita berikan yang terbaik sepanjang kita bisa. memberikan keputusan yang terbaik semata-mata demi kebaikan putra putrinya.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Perkembangan dan pertumbuhan anak selalu berubah setiap saat. Landasan dasar setiap keputusan adalah nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam  diri seseorang. Perkembangan selalu ditandai dengan kematangan fungsi-fungsi organ sedangkan pertumbuhan ditandai dengan bertambahnya berat dan bentuk fisik. Perkembangan psikologis anak sangat tergantung pada peristiwa maupun kejadian yang pernah dialami oleh anak yang pada titik-titik tertentu sangat mempengaruhi mental dan kejiwaan anak. Saat masa pertumbuhan. 

Santrock (2012) menyatakan bahwa masa remaja adalah masa dimana pengambilan keputusan terkait pilihan dimasa hidup semakin meningkat. Hal tersebut terlihat dari mulai berkembangnya pengambilan keputusan tentang masa depan, teman-teman yang akan dipilih. Kemampuan pengambilan keputusan merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari karena keputusan dapat menyebabkan konsekwensi yang sangat mempengaruhi kehidupan setiap individu, kehidupan orang lain dan kehidupan masyarakat.

Masa pengasuhan orang tua menjadi fondasi dasar terbetuknya prinsip-prinsip dasar yang akan berkembang dikemudian hari. Orang tua yang mengasuh anak dengan cara menuntut dan mengekang akan memberikan dampak negatif pada anak khususnya pada anak yang sedang beranjak remaja (kurniasih dan Pratisti, 2013). Hal ini sejalan dengan filosofi pendidikan Ki.Hajar Dewantara yang mengatakan bahwa pendidikan adalah proses menuntun dan bukan menuntut anak. Tujuan pendidikan adalah mengantarkan anak kepada kebahagiaan baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari anggota masyarakat.

Saat anak merasa bahagia dengan kehidupannya maka anak akan jauh dari rasa tertekan sehingga akan berdampak baik pada proses pengambilan keputusan baik untuk dirinya, orang lain dan juga masyarakat.

Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan Coaching (bimbingan) yang diberikan oleh Fasilitator?

Pada proses pendampingan yang dilakukan oleh Fasilitator dalam sesi ruang kolaborasi, fasilitator sangat mampu memberikan arahan yang jelas seputar pengambilan keputusan. Fasilitator memberikan ruang yang seluas-luasnya untuk beraspirasi mengemukakan pendapat lewat sharing dan tanya jawab serta memberikan penguatan diakhir sesi diskusi dan presentasi. Proses pembelajaran pengambilan keputusan yang dipelajari mampu digali lebih dalam lagi Pada kegiatan Coaching karna dalam kegiatan coaching seorang coach akan menggali lebih dalam lagi keterampilan dan potensi coachee lewat pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Pertanyaan seputar benar dan tidaknya keputusan yang diambil,  langkah-langkah yang sudah ditempuh dapat dipertajam lagi lewat proses coaching.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Pembelajaran yang dihadirkan oleh guru dalam kelas sangat efektif bila mampu mengintegrasikan pada kompetensi sosial emosionalnya. Saat seorang guru mampu memiliki mindfulness (kesadaran penuh) maka guru tersebut akan mampu mengenali emosi, mengolah emosi, membangun relasi hingga terampil dalam mengambil sebuah keputusan. Saat seorang guru berada pada kondisi kesadaran penuh maka guru akan mampu menyampaikan pesan dengan jelas serta menyatakan sikap dengan tepat.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika ketika kembali kepada nilai- nilai yang dianut oleh seorang pendidik?

Setiap manusia mempunyai nilai-nilai yang mereka yakini. Nilai-nilai itu adalah nilai kebajikan universal yang terdiri dari: kejujuran, kebenaran, keadilan, kasih sayang, menghargai, tolong menolong dan lain-lain. Dan nilai kebajikan yang diyakini tiap individu berbeda. Setiap individu mempunyai pandangan yang berbeda dalam menyikapi sesuatu. Pada saat menghadapi masalah yang berkaitan dengan moral ataupun etika, penting kita harus kembali kepada prinsip-prinsip yang kita yakini. Nilai-nilai kebajikan yang bersingunggan sepanjang tidak merugikan banyak orang, tidak melanggar hukum ataupun aturan maka masih bisa untuk ditolerir. Memang untuk memutuskan suatu keputusan sebaiknya dipikirkan dengan seksama tanpa melibatkan ego dan berlandaskan hanya karna rasa kasihan semata. tapi juga harus dikaji dan diidentifikasi baik dari segi Paradigma pengambilan keputusan, prinsip-prinsip yang mendasari sampai pada 9 langkah pengujian pengambilan keputusan.


Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?

Saat mengambil sebuah keputusan seorang pemimpin pembelajaran harus mengetahui dan menguasai persoalan yang dihadapi, mengenal seluk beluk persoalan dengan jelas bukan hanya dari satu sudut pandang berdasarkan pandangan sendiri saja. Karna itu bersifat subjektif. Ada baiknya kita bertukar pikiran dan pendapat dengan orang lain yang mungkin pernah mempunyai pengalaman yang sama tentang masalah yang tengah kita hadapi. selanjutnya buatlah keputusan dan laksanakan keputusan yang sudah kita ambil dengan sepenuh hati. Terakhir lakukan evaluasi terhadap keputusan yang sudah kita ambil untuk menjadi bahan pembelajaran dikemudian hari. 

Apakah pengambilan keputusan yang tepat akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman? maka jawabanya adalah iya. Saat keputusan yang kita ambil tersebut tepat maka akan tercipta lingkungan yang positif, dimana orang-orang akan saling menghargai satu dengan yang lainnya sehingga tercipta pula lingkungan yang positif. Namun jika keputusan yang kita ambil itu salah misalnya mementingkan diri sendiri, maka orang-orang akan saling bersinggungan, iri dan berontak dan akhinya memicu perkelahian yang mengakibatkan hilangnya rasa aman dan nyaman. 

Kesulitan- kesulitan yang ditemukan dilingkungan sehingga sulit menentukan keputusan?

Dalam mengambil sebuah keputusan pasti menemukan beberapa kesulitan, apalagi kita hidup berkelompok. Paradigma tiap orang berbeda dalam menyikapi sebuah masalah dan menentukan keputusan. diantaranya adalah, 1. komunikasi yang kurang efektif, yaitu adanya beberapa kalangan yang masih belum mampu mengkomunikasikan aspirasinya secara sopan dan tepat, cenderung cepat emosi dan berpikiran sempit  2. rasa curiga menganggap ini adalah kepentingan orang tertentu saja tanpa mau mengkaji terlebih dahulu maksud dan tujuan orang tersebut 3. Kurangnya rasa peduli dan rasa memiliki sehingga keputusan yang disepakati tidak dijalankan dengan maksimal dan konsisten. 4. lebih mementingkan masalah dan kepentingan diri sendiri.

Pengaruh keputusan yang diambil dengan pengajaran yang memerdekakan murid

Sebisa mungkin keputusan yang saya buat adalah mengutamakan kepentingan siswa. Jangan sampai keputusan yang saya ambil merugikan mereka. Tetap konsisten menerapkan budaya positif sekolah, membebaskan siswa untuk memilih cara membuat produk tugas, memberikan kemerdekaan kepada siswa dalam berekspresi dan mengemukakan pendapat.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Dalam menentukan sebuah kebijakan maupun keputusan seorang pemimpin pembelajaran harus memperlakukan murid-murinya secara adil tanpa melihat secara subjektif. semua murid adalah hebat dengan bakatnya masing-masing. Jika dalam pengambilan keputusan kita berat sebelah maka murid akan merasa bahwa guru tersebut pilih kasih. seperti saat guru selalu menunjuk murid yang dirasa pintar untuk tampil terus didepan kelas, tentu saja akan menimbulkan rasa iri dihati beberapa murid yang berakibat murid-murid lain merasa rendah diri sehingga tidak mau menampilkan performa terbaik mereka karna hasilnya akan sama saja. Penilaian yang tidak objektif akan merugikan murid secara perlahan-lahan yang pada akhirnya mempengaruhi pemikiran mereka akan sesuatu.


Kesimpulan akhir yang dapat ditarik dari pembelajaran modul kali ini dan keterkaitannya dengan modul sebelumnya
Pada modul 3.1. Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran ini diharapkan kita sebagai pendidik dapat dengan seksama memikirkan apa yang terbaik untuk murid. Sesuai pada modul 1.1..Refleksi pemikiran Ki.Hajar dewantara mengingatkan kita bahwa hakikat dari pendidikan itu sendiri ialah kebahagiaan dan keselamatan murid. Guru diberikan dasar berpikir bahwa proses pengajaran, mendidik dan melatih yang akan dilakukan adalah semata-mata mempersipkan murid secara psikis dan fisik mengapai kebahagian dan keselamatan mereka. Untuk mengapai itu semua guru diperkenalkan akan apa sebenarnya nilai dan peran mereka yang sebenarnya dalam pendidikan yang digalakkan ini. Yaitu bukan untuk hanya sekedar mengajar menghabiskan jam langsung pulang tapi lebih daripada itu. Guru diarahkan mempunyai Visi, misi dan tujuan yang jelas untuk dicapai bersama dengan murid sebagai cita-cita yang harus diwujudkan dengan sungguh-sungguh. Dalam pencapain kearah cita-cita tersebut guru senantiasa selalu berusaha menghadirkan lingkungan belajar positif lewat budaya-budaya positif kelas, memenuhi kebutuhan belajar murid lewat pembelajaran berdiferensiasi, mengisi jiwa siswa lewat pengenalan emosi dan pengolahannya serta digali dan digali potensi murid dan guru lewat proses coaching. 

PGP is the best




Oleh: Novi Puspitasari ,S.Pd

Jurnal Monolog

  

Jurnal Monolog

Oleh: Novi Puspitasari, S.Pd

 

Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Siapa saya dalam pembelajaran?

Benar Salah adalah pilihan hidup yang akan selalu kita cari jawabannya. Saat pencarian terjadi menuju kearah pembuktian, sering kita dihadapkan pada 2 pilihan, apakah itu “Benar dan Salah”. Apa yang kita pikir benar belum tentu itu baik dan apa yang kita pikir itu baik belum tentu itu benar, bukankah hal itu cukup membingungkan, bukan?.

 Kita sadar bahwa manusia itu sempurna karna ketidaksempurnaanya. Penuh dengan problematika kehidupan yang mengharuskan mereka memilih pada pilihan, baik mudah ataupun sulit, peduli atau tidak peduli dan lain sebagainya. Dari proses memilih inilah kita belajar untuk terus berbenah diri, bercermin serta intropeksi diri, siapa saya, melangkah kearah mana saya dan apa tujuan saya?.

Dalam ketidaksempurnaan ini saya hadir sebagai seorang Pendidik yang dituntut sempurna dengan segudang kompetensi. Menjawab tantangan perkembangan Zaman yang kian pesat dengan perkembangan teknologi serta peradaban yang kian maju. Menjadi pendidik yang memiliki kepekaan alat indera sehingga mampu menganalisa, melakukan pemetaan kebutuhan belajar siswa, menghadirkan pembelajaran yang berdiferensiasi, menjadi coaching  hingga pada akhirnya diharapkan mampu memegang tongak estafet kepemimpinan dengan keterampilan mumpuni dalam mengambil sebuah keputusan. Mampu mengambil keputusan yang tepat untuk pendidikan yang lebih bermartabat. 

Cara Berpikir Saya Sebagai Pemimpin

Proses berpikir yang intens dan fokus menjadikan saya layaknya seorang filsuf yang berpikir dulu sebelum bertindak (Think before act). Filsuf bercirikan pada rasionalitas artinya pemikiran tersebut dapat diterima secara akal sehat, kreatif-inovatif yaitu membangun ketajaman akal budi untuk mengeluarkan diri pada kebekuan inspirasi dan lemahnya ide-ide moral. 

Waktu kecil saya sering membaca buku yang mengatakan “ dengarkan kata hati mu karna hati mu takkan pernah bohong”. Sejak saat itu jika ada masalah dalam hidup, saya sering bermonolog dengan hati. Proses bermonolog dengan hati membuat saya nyaman dan aman tanpa takut di judge oleh orang lain. Sehingga saya larut dalam dunia imajinasi, tanpa teman, tanpa saudara sembari menulis puisi ditemani senja dan rembulan.

Saat dewasa saya mulai bergelut dalam dunia pendidikan yang makin membuat saya larut dalam semangat kerja dan karir. Memasuki tiap lini dan jiwa pendidikan membuat saya bertekad untuk hidup lebih baik lagi. Merubah imajinasi menjadi kreatifitas, menyendiri untuk reflektif diri, berpikiran positif dan terbuka untuk tiap tawaran kolaborasi. Merancang prospek kedepan, membangun mimpi dengan semangat untuk melihat pendidikan berlari kearah yang lebih baik dan maju. Menjadi pemimpin untuk diri sendiri, menjadi pemimpin untuk orang lain.

Menjadi pemimpin tidaklah mudah, pemimpin adalah kepala yang akan memimpin dan menunjukkan jalan kearah Visi, memperjelas langkah kearah misi dan dengan pasti menyadari tujuan apa yang harus tergapai baik untuk masa kini hingga masa-masa yang akan datang. Tanpa pemimpin yang tepat kita tidak akan mampu berjalan kearah Visi, Misi dan Tujuan yang kita impi. 


Apa Itu Dilema?

Pernahkah saya dilema dalam hidup?

Jawabannya tentu saja "Iya".

Selama kita hidup maka akan terus diikuti oleh problematika kehidupan. Tidak ada satu orang pun yang hidup tanpa dilema.

Dulu saya mengartikan dilema ialah keadaan pusing karna harus memilih antara 2 pilihan yang sama-sama sulit.

 “Dilema” adalah istilah umum yang merujuk kepada suatu kondisi yang menyulitkan yaitu munculnya sebuah masalah yang menawarkan dua kemungkinan, dimana keduanya sama-sama tidak praktis untuk diterima.(Wikipedia)

Apa itu Etika?

Pengertian Etika, Bertens; Etika berasal dari bahasa Yunani Kuno, Ethos dalam bentuk tunggal, artinya adat istiadat, akhlak yang baik.

Lalu apa itu Dilema Etika?

Dilema etika adalah situasi ketika seseorang dihadapkan pada keputusan yang saling berbenturan kepentingan.

Bagaimana saya memandang setiap paradigma?

1.   .Individu Melawan Masyarakat

Paradigma ataupun pandangan hidup yang saya Yakini dalam menjalani kehidupan selama ialah berkata Jujur dan benar. Lebih baik diam daripada harus berbohong. Menjalani hidup yang penuh liku dan keras ini sangatlah tidak mudah bagi saya. Senyum dan tawa sering terlihat dari bibir mereka yang mengatakan sungguh idealis dan naifnya  anda. Apakah salah jika kita berusaha untuk menjadi baik dengan cara yang kita yakini? Apakah salah jika kita senantiasa tersenyum padahal hati kita bersedih? Pura-pura kuat padahal sebenarnya kita sangat rapuh dan membutuhkan sandaran? Tapi tetap diam karna merasa itu adalah urusan pribadi yang tidak perlu diekspos atau diumbar-umbar?

Kerasnya hidup membuat saya tumbuh menjadi sosok yang mandiri dan Tangguh. Tangguh bukan karna pandai melawan  musuh dengan lisan dan fisik tapi tangguh karna mampu melawan ego diri demi kepentingan orang banyak. Orang banyak harus dimengerti, Bukankah hati sendiri yang harus dimengerti?. Orang banyak ingin dimengerti walau tanpa mereka minta. Apa saya harus peduli?.Untuk menjadi orang baik maka saya harus menjadi orang yang peduli, orang yang peduli akan selalu memikirkan kepentingan orang disekitarnya. Jika saya peduli maka Allah akan sayang pada saya, bukankah itu sudah lebih dari cukup?

2.     Kebenaran Melawan Kesetiaan

Kemarin adalah ilusi dan seolah-olah mimpi yang terus membayangi. Layaknya sebuah kenyataan yang terus menghantui, kehidupan yang tidak pernah diinginkan terjadi. Tapi siapa yang bisa menolak takdir kehidupan? Saat saya harus memilih antara kebenaran dan kesetiaan, yaitu berada disamping orang tua yang saya sayangi atau memegang teguh kebenaran yang harus saya junjung tinggi. Pilihan itu sangat sulit, tapi saya harus memilih. Membuat pilihan yang sulit. Tapi kembali lagi bahwa ini adalah kehidupan yang harus saya jalani. Jalani sampai akhir dan belajarlah untuk menerima setiap resiko keputusan yang diambil.

Keyakinan adalah identitas diri yang diperoleh dari proses hidup yang dijalani. didalamnya ada cinta, kasih, benci dan beragam rasa yang lain. Rasa yang akan kita pahami dari setiap proses hidup yang  yang tidak dapat kita tukar hanya karna sebuah keegoisan yang harus dituruti, Salah akan tetap salah dan suatu Ketika akan menampakkan diri dengan sendirinya. Tapi keyakinan diri jika sekali kita tinggalkan maka seterusnya kita akan mentolerir setiap kesalahan.

3.      Keadilan Melawan Rasa Kasihan

Rasa kasihan dan simpatik sudah melekat dalam diri bangsa, Penduduknya paling ramah terhadap orang luar. Itu adalah pengakuan yang sering saya dengar saat turis-turis bule bertandang ke negara saya. Pribadi yang gampang tergugah akan penderitaan orang lain dan gampang pula tersulut emosi hanya karna kata-kata yang dikeluarkan oleh orang yang tak beretika.

Saat negara Jepang malu dengan budaya membuang sampah sembarangan dan melanggar peraturan. Orang-orang disekitar saya masih bisa berjalan santai sembari membuang sampah sembarang tempat, berkompromi dengan peraturan yang dibuat. “Peraturan dibuat untuk dilanggar”. Kalimat ini terngiang-ngiang ditelinga tapi tidak sampai membuat saya paham walaupun sering mendengarnya.

Saya termaksud orang yang cepat merasa tersentuh dan kasihan dengan penderitaan orang lain, cepat menangis saat menonton cerita sedih ditelevisi ataupun membaca cerita romansa yang berakhir tragis. Efeknya, saya sering lupa memperhatikan Kesehatan diri sendiri karna terlalu forsir memperhatikan kepentingan orang lain.

Paradigma dibuat berdasarkan pola pikir dari orang dimana mereka berasal. Seakan terlihat seperti dua sisi mata pisau yang saling bertentangan tapi kenyataan sisi itu sama dan susah dimengerti. Sering saya mendengar nyanyian keadilan menggema ditelinga para jelata tapi tetap keadilan bagai paradigma yang samar dan rasa kasihan terlihat dominan untuk menutupi setiap kesalahan.

Tapi saya yakin keadilan itu berdiri sendiri dan Allah besertanya, Dan dititipkan rasa keadilan itu pada hati tiap-tiap pemimpin termaksud hati pemimpin pembelajaran. Dimana pendidik tidak akan memandang muridnya berbeda berdasarkan status, harkat dan martabat mereka. Tapi adil disini murni karna setiap murid dianggap seperti anaknya sendiri yang akan diperlakukan sama.

Kembali lagi kita mudah menunjukkan empati semudah kita menunjukkan rasa tidak suka.

4.    Jangka Pendek Melawan Jangka Panjang

Saat pengambilan keputusan harus diperhatikan juga adakah kaitan keputusan yang kita ambil ini dengan jangka Panjang atau masa yang akan datang. Bukan hanya kita berpikir untuk saat ini saja. Ada kalanya hasil yang kita putuskan sekarang itu akan berpengaruh atas diri kita dimasa yang akan datang. Jangan sampai kita salah mengambil keputusan yang akan kita sesali dimasa-masa yang akan datang. Dalam kasus dilema etika yaitu benar lawan benar, kita dihadapkan pada nilai-nilai kebajikan yang pada hakikatnya itu benar, seperti membantu orang lain dengan alasan memang orang itu patut dibantu. Berbeda dengan bujukan moral yaitu salah lawan benar yang mana dalam kasus bujukan moral ini terdapat nilai-nilai moral yang saling bertentangan didalamnya yaitu disatu sisi kita memegang nilai-nilai kebajikan dan dilain sisi kita dihadapkan pada bujukan untuk melanggar peraturan.

Sekali lagi, dalam mengambil keputusan pikirkanlah matang-matang, jangan tergesa-gesa, mudah dipengaruhi oleh orang lain, berpikirlah secara jernih serta perhatikan 9 langkah pengujian keputusan sebagai panduan dalam menentukan keputusan, Adapun 9 langkah pengujian tersebut terdiri dari;

1.      Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan

2.      Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini

3.     Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini

4.     Pengujian benar atau salah yang terdiri dari Uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji publikasi, uji panutan/idola

5.     Pengujian paradigma benar lawan benar’

6.     Melakukan prinsip resolusi

7.     Investigasi Opsi trilemma

8.     Buat keputusan

9.      Lihat lagi keputusan dan refleksikan.

Prinsip Apa Yang Bisa Saya Ambil?

Adapun prinsip-prinsip pengambilan keputusan yang bisa diterapkan ialah:

1.    Prinsip Berbasis Hasil akhir  (End Bassed Thingking)

Dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran seorang pendidik senantiasa melihat apa hasil akhir yang akan berdampak pada seluruh siswa. Artinya prinsip ini mengutamakan kepentingan seluruh siswa didik bukan hanya individu saja.

2.     Prinsip Berbasis Peraturan (Rules Bassed Thingking)

Dalam berpikir kita senantiasa mengikuti prinsip ataupun aturan-aturan yang telah ditetapkan.

3.     Prinsip Berbasis Rasa Peduli (Care Bassed Thingking)

Berpikir pada prinsip ini ialah memutuskan sesuatu dengan harapan orang lain akan berpikiran sama seperti apa yang kita inginkan.

Bagaimana Cara Saya Mentransfer Ilmu?

1. Cara yang paling efektif yang bisa dilakukan dalam mentransfer ilmu ialah dengan mengajak guru untuk sharing (tukar pikiran ringan). Mendengarkan pendapat mereka lalu memahami paradigma seperti apa yang mereka yakini. Kita bisa masuk kedalam pemikiran seseorang tanpa menekan,  menempatkan diri sebagai rekan kerja yang tidak selalu mendikte dan menganggap kita paling benar. 

2. Mengajak guru untuk berkolaborasi dalam pembelajaran dan mengambil keputusan yang disepakati bersama-sama.

3. Melakukan sosialisasi tentang ilmu-ilmu yang diperoleh dalam sebuah forum maupun kumpulan kelompok kerja guru

4. Menunjukkan bukti kerja nyata dengan memperlihatkan hasil kerja dalam bentuk karya nyata yang bisa langsung dilihat oleh orang lain.

Langkah Awal Yang Bisa Saya Ambil sebagai pemimpin pembelajaran

1. Menentukan prospek apa yang ingin dicapai oleh masing-masing siswa. Saya ingin sekali mendengarkan apa yang menjadi menjadi harapan-harapan siswa dan pembelajaran seperti apa yang mereka inginkan lewat diskusi. Mencatat dan mencoba untuk merealisasikannya. Tentunya disesuaikan dengan pembelajaran yang mereka pelajari.

2. Membuat hal-hal baru yang bisa lebih membuat siswa semangat belajar. Misalnya membiarkan mereka menentukan posisi kursi seperti apa yang mereka inginkan. menata sudut literasi seperti apa yang mereka mau dan lomba apa yang paling ingin mereka lakukan dikelas. Intinya mereka akan saya ajak untuk belajar membuat keputusan penting. Tentunya saya akan berkolaborasi dengan pendamping saya dikelas.

Rencana Penerapan Langkah-langkah

Diskusi dengan siswa : Rabu, 16 Februari

Realisasi Keinginan siwa : Kamis, 17 Februari

Membuat Hal Baru yang berbeda : Sabtu, 19 Februari

Sharing dengan rekan guru : Rabu, 23 Februari

Rekan Kerja yang bisa mendampingi : Ibu Ida Julianti, S.Pd


Ada (A) / Tidak Ada (TA)

1

Isi:Apa rencana ke depan dalam menjalani pengambilan  keputusan yang mengandung unsur dilema etika? Bagaimana Anda bisa mengukur efektivitas pengambilan keputusan Anda? Siapa yang akan membantu atau mendampingi Anda? 

 Ada, cara mengukurnya yaitu banyaknya dukungan siswa dan respon positif yang ditunjukan siswa. Yang akan membantu Ibu Ida Julianti

2

Isi: Bagaimana Anda akan menerapkan pengambilan keputusan seperti ini pada lingkungan Anda, pada murid-murid Anda, dan pada kolega guru-guru Anda yang lain? Kapan Anda akan menerapkannya?

 Jika yang saya lakukan dalam kelas berhasil maka saya akan menyampaikan hal tersebut pada rekan guru yang lain. Secepatnya

3

Teknis: Kejelasan suara/tulisan di video/blog naratif Anda, format apa yang akan gunakan, sudahkah Anda mengujinya/membacanya dan melihat hasilnya/membayangkan bila orang lain membaca tulisan Anda?

 

4

Teknis: Durasi waktu/panjang tulisan, apakah sudah diuji untuk maksimal dan minimal waktu berbicara, atau apakah sudah ditinjau isi dan panjang tulisan Anda, dan kepadatan/intisari  materi yang Anda ingin sampaikan?


Sabtu, 05 Februari 2022

 JURNAL MINGGUAN KE 17


OLEH : Novi Puspitasari, S.Pd


Minggu ini tepatnya tanggal 2 Februari kami mengawali tugas CGP dengan melakukan Pre Test awal modul 3. Saya sangat penasaran dengan materi kali ini karna pastinya materi PGP selalu mampu membuat saya tertarik. Terbukti, materi yang disampaikan di PGP  kali ini berhasil mencuri perhatian saya lebih dalam lagi. Sangat menarik, karna memang materi kali ini berkaitan dengan tugas guru sebagai pemimpin pembelajaran. Pemimpin yang harus mampu mengambil keputusan diantara dilema etika dan bujukan sosial yang ada disekitarnya. Pemimpin yang memiliki nilai-nilai kebajikan universal didalam menjalankan kepemimpinannya. Nilai-nilai kebajikan tersebut seperti keadilan, kejujuran, kasih sayang, kebenaran, toleransi, tolong menolong dan lain-lain. 

Belajar mengambil keputusan yang tepat memang tidaklah mudah. disamping kita harus paham dengan keputusan apa yang kita ambil juga keputusan tersebut harus dapat dipertanggung jawabkan karna akan bertampak pada kehidupan seseorang. 

Sangat menarik sekali apabila mendiskusikan sebuah permasalahan yang berkaitan dengan dilema etika sosial. Dimana adakalanya kita dihadapkan pada 2 atau lebih nilai kebajikan yang saling bersinggungan. Dimana disatu sisi kita berpegang pada nilai kejujuran yang kita yakini tapi disisi lain ada teman atau sahabat kita yang meminta bantuan untuk menyembunyikan kecurangannya. Disinilah dilemanya, yaitu dimana kita harus memilih antara nilai-nilai yang diyakini atau setia pada persabahatan yang dilalui selama ini. 

Diskusi yang alot dan penuh pro dan kontra terjadi antara kami CGP saat membahas tentang beberapa kasus nyata yang berkaitan dengan aturan dan kebijakan. Sungguh 2 hal yang mampu membuat wawasan kami terbuka dan menyadari bahwa sebuah keputusan yang baik adalah keputusan yang tidak sembarangan diputuskan. 
Sebuah keputusan yang baik tentunya sudah melalui pemikiran yang matang, sudah dipikirkan baik dan buruknya serta apa manfaatnya untuk orang lain.
 

Waktu

Waktu berlalu Tinggalkan pedih perih Bila ingat kenangan lalu Tak menentu kemana hati melangkah  Tak terasa banyak hal yang sudah kulalui  B...