KONEKSI ANTAR MATERI
Pengaruh Pratap Triloka Ki. Hadjar Dewantara terhadap pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.
Pratap Triloka adalah 3 semboyan yang kita kenal dengan, Ing Ngarso Sung Tuladha (didepan memberi teladan), Ing Madya Mangun Karsa ( ditengah membangun motivasi), Tut Wuri Handayani (dibelakang memberi dukungan). Semboyan yang selalu didengungkan setiap hari pendidikan, 2 Mei.
Bentuk pemaknaan dari ketiga semboyan tersebut secara garis besarnya ialah bahwa pendidik berfungsi sebagai Figur yang digugu dan ditiru, Motivator pembelajaran dan juga pendukung utama pendidikan.
Walau zaman semakin maju, semboyan tersebut seakan tak lekang oleh waktu, pemikiran Ki. Hadjar Dewantara mampu terabsorb dalam perkembangan zaman. Berjalan seiring perkembangan ilmu dan teknologi. Diharapkan pendidik mampu memberi teladan layaknya sebuah mata air ditengah gurun pasir yang akan menyelamatkan negri dari dekradasi karakteristik. Pemberi harapan besar akan bertahannya peradaban yang berbudaya serta mampu memfilter pengaruh budaya luar yang jauh dari budaya bangsa.
Pendidik diharapkan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai figur yang bisa digugu dan ditiru, memegang teguh kejujuran, loyalitas, integritas, profesionalisme, disiplin ilmu dan juga etika. sehingga pada akhirnya mampu membuat keputusan dengan mencerna terlebih dahulu dampak baik dan buruknya semata-mata untuk siswa didik.
Ing Madya mangun karsa, yaitu guru adalah motivator utama yang senantiasa memberi semangat lewat pembelajaran yang penuh kreatifitas, mengundang rasa ingin tahu melalui pendekatan, strategi, tehnik maupun cara-cara baru yang lebih brilian.
Tut Wuri Handayani, pendidik diharapkan mampu memberi dukungan baik moral maupun moril kepada siswa. Menganggap siswa sebagai anak sendiri yang senantiasa akan kita berikan yang terbaik sepanjang kita bisa. memberikan keputusan yang terbaik semata-mata demi kebaikan putra putrinya.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Perkembangan dan pertumbuhan anak selalu berubah setiap saat. Landasan dasar setiap keputusan adalah nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri seseorang. Perkembangan selalu ditandai dengan kematangan fungsi-fungsi organ sedangkan pertumbuhan ditandai dengan bertambahnya berat dan bentuk fisik. Perkembangan psikologis anak sangat tergantung pada peristiwa maupun kejadian yang pernah dialami oleh anak yang pada titik-titik tertentu sangat mempengaruhi mental dan kejiwaan anak. Saat masa pertumbuhan.
Santrock (2012) menyatakan bahwa masa remaja adalah masa dimana pengambilan keputusan terkait pilihan dimasa hidup semakin meningkat. Hal tersebut terlihat dari mulai berkembangnya pengambilan keputusan tentang masa depan, teman-teman yang akan dipilih. Kemampuan pengambilan keputusan merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari karena keputusan dapat menyebabkan konsekwensi yang sangat mempengaruhi kehidupan setiap individu, kehidupan orang lain dan kehidupan masyarakat.
Masa pengasuhan orang tua menjadi fondasi dasar terbetuknya prinsip-prinsip dasar yang akan berkembang dikemudian hari. Orang tua yang mengasuh anak dengan cara menuntut dan mengekang akan memberikan dampak negatif pada anak khususnya pada anak yang sedang beranjak remaja (kurniasih dan Pratisti, 2013). Hal ini sejalan dengan filosofi pendidikan Ki.Hajar Dewantara yang mengatakan bahwa pendidikan adalah proses menuntun dan bukan menuntut anak. Tujuan pendidikan adalah mengantarkan anak kepada kebahagiaan baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari anggota masyarakat.
Saat anak merasa bahagia dengan kehidupannya maka anak akan jauh dari rasa tertekan sehingga akan berdampak baik pada proses pengambilan keputusan baik untuk dirinya, orang lain dan juga masyarakat.
Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan Coaching (bimbingan) yang diberikan oleh Fasilitator?
Pada proses pendampingan yang dilakukan oleh Fasilitator dalam sesi ruang kolaborasi, fasilitator sangat mampu memberikan arahan yang jelas seputar pengambilan keputusan. Fasilitator memberikan ruang yang seluas-luasnya untuk beraspirasi mengemukakan pendapat lewat sharing dan tanya jawab serta memberikan penguatan diakhir sesi diskusi dan presentasi. Proses pembelajaran pengambilan keputusan yang dipelajari mampu digali lebih dalam lagi Pada kegiatan Coaching karna dalam kegiatan coaching seorang coach akan menggali lebih dalam lagi keterampilan dan potensi coachee lewat pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Pertanyaan seputar benar dan tidaknya keputusan yang diambil, langkah-langkah yang sudah ditempuh dapat dipertajam lagi lewat proses coaching.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?
Pembelajaran yang dihadirkan oleh guru dalam kelas sangat efektif bila mampu mengintegrasikan pada kompetensi sosial emosionalnya. Saat seorang guru mampu memiliki mindfulness (kesadaran penuh) maka guru tersebut akan mampu mengenali emosi, mengolah emosi, membangun relasi hingga terampil dalam mengambil sebuah keputusan. Saat seorang guru berada pada kondisi kesadaran penuh maka guru akan mampu menyampaikan pesan dengan jelas serta menyatakan sikap dengan tepat.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika ketika kembali kepada nilai- nilai yang dianut oleh seorang pendidik?
Setiap manusia mempunyai nilai-nilai yang mereka yakini. Nilai-nilai itu adalah nilai kebajikan universal yang terdiri dari: kejujuran, kebenaran, keadilan, kasih sayang, menghargai, tolong menolong dan lain-lain. Dan nilai kebajikan yang diyakini tiap individu berbeda. Setiap individu mempunyai pandangan yang berbeda dalam menyikapi sesuatu. Pada saat menghadapi masalah yang berkaitan dengan moral ataupun etika, penting kita harus kembali kepada prinsip-prinsip yang kita yakini. Nilai-nilai kebajikan yang bersingunggan sepanjang tidak merugikan banyak orang, tidak melanggar hukum ataupun aturan maka masih bisa untuk ditolerir. Memang untuk memutuskan suatu keputusan sebaiknya dipikirkan dengan seksama tanpa melibatkan ego dan berlandaskan hanya karna rasa kasihan semata. tapi juga harus dikaji dan diidentifikasi baik dari segi Paradigma pengambilan keputusan, prinsip-prinsip yang mendasari sampai pada 9 langkah pengujian pengambilan keputusan.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?
Saat mengambil sebuah keputusan seorang pemimpin pembelajaran harus mengetahui dan menguasai persoalan yang dihadapi, mengenal seluk beluk persoalan dengan jelas bukan hanya dari satu sudut pandang berdasarkan pandangan sendiri saja. Karna itu bersifat subjektif. Ada baiknya kita bertukar pikiran dan pendapat dengan orang lain yang mungkin pernah mempunyai pengalaman yang sama tentang masalah yang tengah kita hadapi. selanjutnya buatlah keputusan dan laksanakan keputusan yang sudah kita ambil dengan sepenuh hati. Terakhir lakukan evaluasi terhadap keputusan yang sudah kita ambil untuk menjadi bahan pembelajaran dikemudian hari.
Apakah pengambilan keputusan yang tepat akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman? maka jawabanya adalah iya. Saat keputusan yang kita ambil tersebut tepat maka akan tercipta lingkungan yang positif, dimana orang-orang akan saling menghargai satu dengan yang lainnya sehingga tercipta pula lingkungan yang positif. Namun jika keputusan yang kita ambil itu salah misalnya mementingkan diri sendiri, maka orang-orang akan saling bersinggungan, iri dan berontak dan akhinya memicu perkelahian yang mengakibatkan hilangnya rasa aman dan nyaman.
Kesulitan- kesulitan yang ditemukan dilingkungan sehingga sulit menentukan keputusan?
Dalam mengambil sebuah keputusan pasti menemukan beberapa kesulitan, apalagi kita hidup berkelompok. Paradigma tiap orang berbeda dalam menyikapi sebuah masalah dan menentukan keputusan. diantaranya adalah, 1. komunikasi yang kurang efektif, yaitu adanya beberapa kalangan yang masih belum mampu mengkomunikasikan aspirasinya secara sopan dan tepat, cenderung cepat emosi dan berpikiran sempit 2. rasa curiga menganggap ini adalah kepentingan orang tertentu saja tanpa mau mengkaji terlebih dahulu maksud dan tujuan orang tersebut 3. Kurangnya rasa peduli dan rasa memiliki sehingga keputusan yang disepakati tidak dijalankan dengan maksimal dan konsisten. 4. lebih mementingkan masalah dan kepentingan diri sendiri.
Pengaruh keputusan yang diambil dengan pengajaran yang memerdekakan murid
Sebisa mungkin keputusan yang saya buat adalah mengutamakan kepentingan siswa. Jangan sampai keputusan yang saya ambil merugikan mereka. Tetap konsisten menerapkan budaya positif sekolah, membebaskan siswa untuk memilih cara membuat produk tugas, memberikan kemerdekaan kepada siswa dalam berekspresi dan mengemukakan pendapat.
Oleh: Novi Puspitasari ,S.Pd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Masukannya