Kamis, 30 September 2021

Mbojo Mantoi Jejak Peradaban Bima

 Mbojo Mantoi Jejak Peradaban Bima


Sejarah

Jejak Peradaban Islam di Tanah Bima

1. Mesjid Kamina

lokasi Mesjid ini terletak didesa Kalodu Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima yang berjarak lebih kurang75 KM dari Kota Bima. Dinamakan "Kamina" karena masyarakat di desa inilah yang pertama kali meng-aminkan Islam (Bima: Ka-amina-islam). Masjid ini didirikan sekitar tahun 1621 M oleh Sultan Bima pertama Sultan Abdul Kahir bersama beberapa Mubalig dari Sulawesi Selatan (Goa, Tallo, Luwu dan Bone) dan para pengikut setianya. Bangunan Mesjid berbentuk segi empat sama sisi (Bujur sangkar) dan tidak memiliki mihrab seperti lazimnya sebuah mesjid. Tiang bangunan mesjid ada delapan, yang berbentuk nggusu waru (segi delapan) merupakan simbol dari empat orang putera dan keluarga istana dan empat daerah asal para ulama yang menjadi guru mereka yaitu Gowa, Tallo, Luwu dan Bone. Nggusu waru adalah delapan sendi atau syarat kepemimpinan ditanah Bima.

2. Langgar Kuno Melayu

Sebuah Langgar (Musholla) yang terletak dikampung Melayu atau oleh masyarakat Bima menyebutnya kampo malaju. Langgar tersebut diperkirakan dibangun pada tahun  1608 M (sesuai tulisan pada papan nama yang dibuat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bima. Langgar Kuno, demikianlah warga RT 14 RW.06 Kelurahan Melayu Kecamatan Asakota Kota Bima menyebut bangunan yang bertiang 16 dengan ukuran  8x8 meter ini. Langgar Kuno ini diperkirakan dibangun oleh para Mubalig dari Minangkabau pada masa awal masuknya Islam di tanah Bima. Akhir abad 17 M kebudayaan islam mulai berkembang di kampung Melayu, peradaban Islam yang tercipta dan hingga kini masih terjaga, salah satunya BO yaitu naskah yang ditulis dengan Arab Melayu (Jawi). Bukan hanya itu, kampung Melayu menjadi sentral penyebaran dan pembelajaran Sara' (keagamaan) Dana Mbojo.

3. Mesji Sultan Muhammad Salahuddin 

dibangun oleh Sultan Abdul Qadim Muhammad Syah dengan Wajir Ismail pada tahun 1737. Pembangunan selanjutnya dilakukan oleh Sultan Abdul Hamid dengan merubah atap mesjid tersebut menjadi bersusun tiga yang mirip dengan mesjid Kudus. Pembangunan mesjid ini terus dilanjutkan oleh Sultan Ismail dan Sultan-Sultan setelahnya. Pada masa pendudukan Jepan, Mesjid ini di Bom oleh Sekutu dan dibangun kembali atas inisiatif ibu Dr. Hj. Siti Maryam Salahuddin pada tahun 1996 dan diberi nama Mesjid Sultan Muhammad Salahudin.

4. Mesjid Baitul Hamid 

Mesjid ini terletak dikelurahan penaraga, tepatnya di Jalan Soekarno Hatta yang menjadi jalur utama di Kota Bima. Masjid Baitul Hamid didirikan oleh Ruma Bicara (Perdana Menteri) Abdul Hamid pada tahun 1935. Sumber dana pembangunan mesjid Baitul Hamid adalah dari tanah wakaf Ruma Bicara. Abdul Hamid juga berperan dalam mengubah teks khutbah Jum'at yang sebelumnya memakai bahasa Arab kedalam Bahasa  daerah dan Bahasa Indonesia agar mudah dipahami oleh Jamaah.

4. Warisan Cagar Budaya di Bima

1. Situs Wadu Pa'a
Situs Wadu Pa,a (Batu Pahat) merupakan salah satu situs yang menjadi penanda keberadaan ajaran Hindu serta Buddha di Bima. Situs Wadu Pa,a memiliki berbagai arca, prasasti, serta relief yang menjadi bukti penyebaran ajaran Buddha sekaligus Hindu di Pulau Sumbawa. Situs Wadu Pa'a terletak didesa Kananta, Soromandi, Kota Bima, propinsi Nusa Tenggara Barat dengan koordinat 8,22'5 LS 118' 15' BT. Wadu Pa'a terletak pada sebuah teluk kecil disebelah Barat Daya teluk Bima, tempat tersebut cukup terlindungi dari angin dan arus laut yang kuat, sehingga merupakan tempat yang ideal sebagai tempat berlabuh. Di sekitar lokasi situs terdapat sumber mata air yang dapat dipakai untuk minum dan menambah perbekalan para pelaut dan saudagar yang singgah bagi umat Hindu, mata air ini disebut "Amarta" mata air kehidupan.



Foto-foto peninggalan sejarah

                                                    Peti Grobog Peninggalan Jeneli Rasanae
                                                                Abdullah Daeng Hafsah     


                              Replika Uma Lengge

                               Replika Uma Ceko


                                   Alat Tenun



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Masukannya

Waktu

Waktu berlalu Tinggalkan pedih perih Bila ingat kenangan lalu Tak menentu kemana hati melangkah  Tak terasa banyak hal yang sudah kulalui  B...