Jumat, 27 Agustus 2021

Koneksi Antar Materi 27 Agustus 2021

By. Novi Puspitasari


Saya mencoba untuk menulis apa yang sudah saya pelajari selama 2 Minggu ini sebagai CGP yang aktif berkutat dengan LMS (Leaning Management System') dalam Alur MERRDEKA nya.

a. Tes awal, ialah pre test yang dilakukan untuk mengetahui pemahaman awal Calon Guru Penggerak(CGP) sebelum mereka belajar modul.

"Nilai saya 45, benar 9". Pak.Rahman Fasilitator saya mengatakan, "itu sudah bagus, Bu". Baru tahap awal kok. Terimakasih motivator sekaligus fasilitator ku.

Setelah itu mulailah membuka modul 1 dan dengan penuh rasa ingin tahu saya membaca dan berusaha memahaminya.

Berikut gambaran nya

Modul 1. Refleksi Filosofi Pendidikan Indonesia Ki.Hadjar Dewantara.

Kami CGP diarahkan untuk mengenal makna pendidikan berdasarkan filosofi dari seorang tokoh besar dunia Pendidikan di Indonesia, Bapak Mentri Pendidikan pertama Republik Indonesia yang sudah mendedikasikan hidupnya untuk perkembangan dunia pendidikan, yaitu Ki. Hadjar Dewantara.

Pada tahap awal penanaman konsep dasar ini, saya mencoba untuk responsif serta mau open minded (membuka pikiran) untuk aktif menerima seperti apa wawasan, pemahaman, cara pandang, nilai budi pekerti serta semangat dari seorang Ki.Hadjar Dewantara.

Beliau menjadi suri teladan dalam dunia pendidikan, yang mana esensi pemikiran beliau bukan hanya sebatas pada filosofi semata tapi juga pada contoh aksi nyata dan kepribadian bersahaja beliau pada dunia pendidikan.

Memilih dan mempunyai role model sebagai acuan dalam melangkah itu sangat penting. Mengapa? Karna memilih orang yang tepat untuk kita tiru adalah langkah tepat untuk menjadi lebih baik serta mempunyai role model yang tepat adalah penentu indikator keberhasilan kita diawal. Niat baik datang dari orang-orang yang berhati baik.

Gambaran Alur MERRDEKA dalam LMS (Learning Management System)

Alur Pertama

1. Mulai Dari Diri


Bercermin pada sosok Ki.Hadjar Dewantara. Membuat saya tergerak untuk menata diri. Beliau bisa menjadi contoh karna jiwanya yang tulus, Sabar dan telaten. 

Saya ingin seperti beliau, bisa mengubah sebuah peradaban menjadi lebih baik lagi. Beliau berkata "Jika ingin mengubah peradaban, perbaikilah pendidikan bangsa tersebut". Punya Tujuan yang sama dengan Ki.Hadjar Dewantara, membuat saya memiliki role model yang harus saya ikuti kedepannya. 

      Filosofi-filosofi Ki.Hadjar sangat mendalam. Mengilhami saya untuk belajar bagaimana seharusnya guru menempatkan perannya dengan tepat.

Filosofi Ki.Hadjar Dewantara

1. Trilogi pemikiran Ki.Hadjar Dewantara mengenai peran guru. Ing Ngarsa sung tuladha. Guru berada didepan memberi contoh, teladan untuk murid-muridnya. Ing Madya Mangun Karsa, guru ditengah membangun semangat, memberi arahan, mengasah pemikiran siswa. Tut Wuri Handayani, guru dibelakang memberi dorongan. Mendorong bakat dan minat siswa agar mereka lebih termotivasi untuk aktif mencari tahu bukan hanya menunggu untuk diberi tahu oleh guru.



2. Guru hanya menuntun agar siswa menemukan keselamatan dan kebahagiaan hidupnya, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Guru tidak diperbolehkan memaksa dan menuntut siswa. Karena menurut Ki.Hadjar Dewantara setiap siswa lahir dengan kodratnya masing-masing. Guru hanya mengarahkan dan menuntun mereka agar memperbaiki lakunya. 

Pendidikan menurut Ki.Hadjar Dewantara

1. Tujuan pendidikan adalah memberi keselamatan dan kebahagiaan untuk anak, baik sebagai manusia maupun sebagai bagian dari masyarakat.
2. Pendidikan seharusnya mengikuti kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat Alam datangnya dari Tuhan dan Kodrat Zaman datang nya dari Lingkungan. Kodrat anak yaitu bermain, membiarkan mereka menemukan jati dirinya lewat pengalaman bermain yang mereka lakukan. Pendidikan juga tidak boleh diam, harus mengikuti zamannya. Jika zaman semakin maju maka pendidikan juga harus menyertainya, sesuai  Asas Trikon yang pertama 1. Kontiyu, pendidikan harus berkelanjutan tidak boleh berhenti. 2. Konvergen artinya ilmu -ilmu dan pemikiran untuk pendidikan, bukan hanya diambil dari satu sumber yang sama tapi bisa datang dari sumber lain yang berbeda. Bukan sebatas dari dalam negri tapi juga bisa dari luar negri. Selama itu  baik dan Konsentris artinya, bisa sesuai dengan budaya bangsa Indonesia.

2. Eksplorasi Konsep


Dalam eksplorasi konsep tergambar  bagaimana pendidikan di Indonesia pada masa Kolonial Belanda. Bupati membuka sekolah hanya untuk mendidik calon pegawai saja. Dimana interaksi dunia pendidikan dilakukan berdasarkan kepentingan semata. Bukan berdasarkan kebutuhan Kodrat anak yang sebenarnya. 

Pendidikan saat itu diberikan hanya untuk kalangan tertentu berdasarkan tingkat strata sosial dan keuntungan kolonialisme saja.

Lalu tahun 1922 lahirlah Taman Siswa di Jogjakarta yang didirikan oleh Ki.Hadjar Dewantara sebagai sebuah gerbang emas kemerdekaan dan kebebasan kebudayaan bangsa.

3. Ruang Kolaborasi 


 Diruang Kolaborasi ini, kelompok CGP berdiskusi tentang:

1. Bagaimana kami dapat mendesain kerangka pembelajaran yang kontekstual.

2. Mengambil Nilai-nilai positif dari pemikiran KHD yang dikaitkan dengan budaya lokal kami. 

Dari diskusi tersebut disepakati 1 nilai positif yaitu "Menghamba pada siswa".
Kami kaitkan dengan budaya Lokal kami, yaitu "Nggusu Waru" yaitu 8 syarat Kepemimpinan". Dimana dalam Nggusu Waru tersebut tertanam nilai-nilai budaya seperti,

1. To'a (Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa)
2. Dei ro Paja Ilmu ( Berilmu dan berwawasan luas)
3. Madisa Kai Ma Poda ( Berani menegakkan kebenaran)
4. Lembo Ade ( Sabar dan Toleran)
5. Sabua Nggahi Sabua Rawi ( Satu kata satu perbuatan)
6. Dou mbeca wombo ( Kaya lahir batin)
7. Londo Mai Dou Mataho ( Dari Keturunan yang baik)
8. Gaga ruku Ntika Ade (Gagah Lahir Bathin).

   Hal tersebut sesuai dengan karakteristik Orang Bima yang Agamais, ramah dan pekerja keras serta
berkorelasi dengan nilai -nilai positif dari pemikiran Ki.Hadjar Dewantara. "Menghamba pada Siswa". Pendidik memberikan ruang ekslorasi yang setinggi-tingginya dengan memasukkan nilai-nilai budaya dalam membentuk laku siswa tanpa melanggar kodrat mereka.

Menghamba pada siswa adalah dimana guru menempatkan dirinya seperti  orangtua bagi siswa. Begitu pula siswa menganggap gurunya seperti orang tuanya sendiri. Orang tua melimpahkan seluruh kasih sayang dan hal terbaik pada anak- anak mereka tanpa pernah menuntut. Disinilaih letak menghamba itu.

 Contoh konkret yang akan  kami terapkan disekolah yang merupakan kesepakatan bersama, ialah membudayakan budaya 6S yaitu Budaya Senyum, Salam, Sapa, Salim, Sopan dan Santun . Berharap budaya 6S ini akan bermuara pada pembentukan karakter siswa yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 

4. Refleksi Terbimbing


Dalam refleksi terbimbing, pengetahuan dan  pengalaman baru para CGP akan ditelusuri.

 Pengetahuan yang saya dapatkan ialah:

1. Bahwa pendidikan ialah bagaimana menuntun anak sesuai kodratnya sehingga selamat dan bahagia, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

2. Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia
Manusia mempunyai kodrat alam dan kodrat zamannya sendiri. Tugas guru ialah menjadi teladan, motivator dan fasilitator. Ing Ngarso sung tulodo guru berada didepan menjadi pemimpin 
Ing madyo mangun Karso guru berada ditengah memberikan inspirasi dengan ide-ide barunya guna memajukan dunia pendidikan. Tut Wuri Handayani guru berada dibelakang memberi dorongan atau motivasi agar siswa didik lebih lebih semangat untuk belajar.

3. Pendidikan hendaknya berpusat pada siswa

4. Pendidikan adalah bagaimana melayani siswa dengan sebaik-baiknya. (Menghamba pada siswa).

Pengalaman Baru 
 
1. Menjadi Giat Belajar. Hampir setiap hari saya menyempatkan diri untuk belajar. Tiada waktu yang terbuang sia-sia lagi.

2. Bisa berkolaborasi dengan guru-guru hebat yang sebelumnya tidak saling kenal menjadi kenal. Kita bisa Sharing banyak hal tentang dunia pendidikan. Dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Sharing ilmu dan pengalaman.

3. Mengenali dan menyadari kekuatan sendiri.

4. Mampu merefleksikan diri sehingga mau menerapkan pengetahuan dan pengalaman baru tersebut di kelas.

5. Demonstrasi Kontekstual

Metode Demonstrasi  adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya atau tiruan, yang sering disertai penjelasan lisan. Suparno(2006).

Kontekstual merupakan pendekatan belajar yang membantu guru mengaitkan antar materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Menurut Elaine(2011).


Maka dari pengertian itu saya berusaha untuk membuat Vidio pembelajaran yang menunjukkan kegiatan saya saat mengajar dikelas dan berinteraksi dengan siswa secara real(Nyata) diluar kelas. seperti:

1. Pelajaran yang berpusat pada siswa. melihat Karakteristik siswa yang berbeda kesukaan dan kemauannya.

2. Menghindari menekan siswa dengan segala tugas yang menuntut siswa, mengalir apa adanya.

3. Membina mereka jika mereka salah dan nakal dengan memberi tahu apa salah dan memberitahu bagaimana benarnya. Menimbulkan self correct dalam diri anak agar mereka dapat dengan sendirinya menyadari, menemukan, dan memperbaiki diri.

4. Mendisiplinkan mereka tanpa membuat mereka trauma.

5. Menyadari kodrat anak yang senang bermain.

6. Elaborasi Pemahaman


Di elaborasi pemahaman ini kami diajak untuk lebih mengenal lebih dalam lagi tentang perguruan Taman Siswa dan bagaimana sebenarnya cara Ki.Hadjar Dewantara dalam mendidik murid-muridnya melalui taman siswa tersebut. 

Tambahan pemahaman ini kami peroleh dari Ki.Priyo Dwiarso dan ibu Afria Susana, M.Pd.
Pemahaman tersebut diantaranya ialah;

1. Salam di taman Siswa, yaitu Salam dan BahagiaSalam artinya selamat raganya dan bahagia artinya bahagia bathinnya.

2. Hukuman di Taman SiswaPamong atau guru tidak boleh menghukum secara fisik. Tapi sanksi bagi anak-anak yang melakukan kesalahan tetap ada, namanya bukan hukuman tapi pembinaan.
Tujuan penbinaan itu ialah: 
a.  Agar anak menjadi tahu apa kesalahannya, serta tahu bagaimana resikonya jika mereka berbuat yang salah dan merugikan. 
b. Mereka bisa sadar dan memperbaiki sendiri kesalahannya (Self correct).
c. Menjadi disiplin. Contohnya jika 2. Orang berselisih maka keduanya harus sama -sama didisiplikan. (Adil)
d. Menjadi jera supaya tidak mengulang lagi kesalahan.

3. Taman Siswa juga menerapkan asas kekeluargaan sebagai asas disekolah.  Bapak dan ibu guru menganggap murid-murid seperti anak kandungnya. begitu juga murid-murid menganggap ibu dan bapak guru seperti ibu dan bapak kandung mereka. Alasannya karna three central (tiga pusat) pendidikan anak yang paling utama adalah dipengaruhi oleh lingkungan keluarga. Lingkungan pertama pembentuk karakter anak. Dimana didalam keluarga, saling Asah, asih dan asuh. Orang tua juga akan selalu melihat kebutuhan sang anak. Disinilah letaknya guru berhamba pada anak. Layaknya orangtua yang takkan pernah berhenti untuk menyayangi dan mendidik anak-anaknya.
Ki. Priyo menambahkan bahwa pamong dan orangtua siswa sering berdiskusi mengenai perkembangan anak-anak mereka. Guru juga sering datang menengok kerumah siswa tanpa memberitahu terlebih dahulu. Hal itu dilakukan untuk mengecek keadaan siswa yang sebenarnya. Hubungan guru dan orangtua siswa sangat dekat.
Guru terbuka kapanpun menerima siswa seperti anak kandung sendiri.

4. Filosofi merdeka. Merdeka itu bukan semerdekanya, bukan melepas sepenuhnya. Montesori menganut paham merdeka mutlak.  Tapi Ki.Hadjar melihat bahwa merdeka itu haruslah tidak sampai mengganggu kehendak masyarakat, tertib damai (Masyarakat) , Salam bahagia(keluarga).

5.  Disiplin di Taman Siswa.

Sering ditimbulkan dengan pengertian-pengertian.

Ki.Priyo bercerita ,Suatu ketika Ki.Priyo membawa ketapel dan bertemu dengan Ki.Hadjar. Lalu Ki.Hadjar berkata " Ketapel ini tidak baik ya, ketapel ini bisa menyakiti makhluk lain, bisa merusak jendela rumah orang lain, Eyang simpan ya" tutur beliau.
 
Cerita lain, berkaitan dengan kesenian. Saat berjalan, Ki.Hadjar mendengar ada kesalahan saat memukul kendang, lalu dipanggilah anak yang melakukan kesalahan tadi. Beliau tidak hanya mengatakan salah tapi beliau memberitahu benarnya bagaimana.
Penekanan pembinaan ini ialah beliau membangun kesadaran anak dengan dialog dan pembinaan.

6. Pendidikan itu memuliakan anak.
Ki Hadjar mengatakan Kodrat anak tidak bisa dilanggar tidak boleh dimatikan dengan disiplin. Sang anak itu sudah ada kodratnya. Suatu ketika anak itu akan menemukan bakatnya sendiri. 

7. Koneksi Antar Materi

Kesimpulan yang bisa saya ambil setelah mengurutkan apa yang sudah saya pelajari dari beberapa alur tersebut ialah:

1. Penanaman konsep awal dan fondasi dasar pada diri saya, tentang bagaimana pendidikan itu sebenarnya. Apa tujuan pendidikan buat anak-anak yang saya didik. Bagaimana filosofi pemikiran yang memerdekakan anak dapat tercapai sehingga anak dapat selamat dan bahagia dimasa depan.

2. Setelah saya paham akan konsep pemikiran tersebut, saya diajak untuk belajar dari sejarah. Refleksi Sejarah. Bagaimana pahitnya penjajahan. Bagaimana penjajahan dapat merampas kodrat anak  untuk merdeka dalam mengenyam pendidikan. 
Belajar dari sejarah tersebut, saya diajak untuk dapat mengambil pelajaran agar kedepan saat saya mendidik anak-anak bangsa, layaknya tidak menekan, tidak memaksa, menuntut dan menindas. Agar sejarah tidak terulang lagi. Merdeka tapi tidak betul-betul merdeka.

3. Koneksi dengan pembelajaran di Ruang Kolaborasi ialah Setelah belajar dari sejarah. Kami diajak untuk menghargai budaya sendiri. Bangga akan nilai -nilai budaya yang ada di daerah sendiri. Agar kami tidak melupakan nilai-nilai luhur budaya daerah. Bagaimana kami bisa mengangkat nilai-nilai positif kultur daerah dalam proses pembelajaran disekolah kami, sehingga dalam pelaksanaanya nanti antara budaya dan pendidikan bisa saling menyatu dalam pembentukan karakter anak yang berbudaya. 

4. Koneksi dengan alur ke empat ialah merefleksikan diri sendiri. Dimana saya diarahkan untuk mengenali diri sendiri, apa kekuatan saya, apa yang harus saya lakukan dengan pengetahuan yang saya peroleh ini, bagaimana saya membagi pengalaman saya ini terhadap siswa-siswi saya besok disekolah.

5. Demonstrasi Kontekstual.
Saya diarahkan untuk bergerak dengan ilmu yang saya peroleh. Mengaplikasikannya secara bertahap. Paham apa yang harus saya lakukan setelah ini.

6. Koneksi dengan elaborasi pemahaman. Memasuki tahap ini pemahaman saya terhadap pelajaran sebelumnya dikuatkan lagi, Lebih dipertajam lagi. Pemikiran Ki.Hadjar, konsep, tujuan , dan filosofi beliau lebih diperdalam lagi.

7. Memasuki koneksi antar materi saya diarahkan untuk mengaitkan tahapan demi tahapan antar materi, bertujuan agar saya lebih memahami konsep alur belajar merdeka. 

Kesimpulan penting yang saya pelajari dalam satu modul ini, yaitu;

     Awalnya saya percaya bahwa murid itu bisa berubah jika kita mendisiplinkan mereka dengan aturan-aturan yang mengikat tapi ternyata itu tidak benar. Menurut Ki.Hadjar mendisiplinkan itu tidak dengan melanggar kodrat anak, kodrat yang sudah diberikan Allah. 
      Tuntun dan arahkan mereka dengan penuh kasih sayang jika mereka salah lakukan pembinaan yang tidak membuat mereka trauma dan tertekan.
     Buatlah mereka menyadari kesalahannya, buatlah mereka mau mencari tahu bukan hanya menunggu untuk diberitahu. Sungguh saya harus belajar keras lagi untuk menjadi guru yang baik dan sabar.
  

8. Aksi Nyata

Praktek lapangan, praktek yang sebenarnya. Saya akan berusaha menerapkan apa yang sudah saya pelajari selama beberapa Minggu ini. Dimulai dari hal yang paling kecil dan mudah. Menuntun mereka dan bukan menuntut. Buat mereka senang dan bermain. Selayaknya kodrat mereka. Berfokus pada siswa. Melayani siswa.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Masukannya

Waktu

Waktu berlalu Tinggalkan pedih perih Bila ingat kenangan lalu Tak menentu kemana hati melangkah  Tak terasa banyak hal yang sudah kulalui  B...