KONEKSI ANTAR MATERI
A. Koneksi
Modul 3.2. Pengelolaan Aset dengan modul-modul sebelumnya yaitu modul 1, 2 dan
3.1.
Koneksi
Dengan Modul 1
1.1. Refleksi Filosofi Pendidikan Indonesia KI. Hadjar Dewantara
Pemikiran Ki.hadjar
Dewantara tentang Pendidikan dan Pengajaran lahir dari rasa kepedulian beliau
akan nasib bangsa Indonesia pada saat itu yang terjajah. Bagaimana Pendidikan
bisa sejajar dan menyentuh segala lapisan strata sosial. Mind Set/ pola pikir
beliau adalah pola pikir seorang guru yang memikirkan nasib anak didiknya
dimasa depan. Terbentuk dan mengakar pada Pola Pikir bahwa Pendidikan itu
sejatinya adalah memerdekakan artinya siapapun anak tersebut mempunyai hak yang
sama dalam merasakan Pendidikan, mempunyai hak yang sama untuk menjadi apapun
yang mereka inginkan selama itu tidak melanggar kemerdekaan orang lain untuk
merasakan kebebasan yang sama. Titik tertinggi dari makna Pendidikan ialah
mampu mengantarkan anak-anak pada kebahagiaan dan kesejahteraan hidup siswa
baik sebagai individu lebih-lebih dalam kelompok pergaulan yang lebih luas
lagi.
Pengajaran adalah proses
menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa didik. Yang menyampaikan ilmu ini
ialah guru. Guru bertindak sebagai pemimpin dalam ruangan kelas, pemimpin yang
akan mengajarkan Ilmu pengetahuan kepada siswa didik. Menurut KHD ada 3 peran
guru dalam memimpin pembelajaran yang dikenal dengan “Laku Telu” yang dikenal
dalam frasa Jawa, Ing ngarso sung tuladha berada didepan memberi teladan, Ing
Madya mangun karsa berada ditengah memberi indpirasi dan Tut Wuri handayani
berada dibelakang memberi dorongan.
Dari pemikiran ini saya
melihat bahwa fungsi guru dalam pemeblajaran bukan hanya sekedar mengajar dalam
makna memberi ilmu saja tapi juga bagaimana guru diharapkan menjadi suri
tauladan, contoh baik yang bisa dilihat dan ditiru oleh siswa didik, menanamkan
karakter dan nilai-nilai kebajikan dalam diri anak. Pemberi inspirasi dengan
membimbing anak pada berbagai kegiatan pembelajaran yang menjadikan mereka
kreatif, inovatif, berpikir maju dengan ide-ide baru yang berguna untuk
kehidupan mereka serta memberi dorongan
agar anak mampu menjadi pribadi bahagia seperti yang dicita-citakan sehingga
potensi anak yang tersimpan dalam dirinya dapat tergali dan Nampak dipermukaan.
Pemikiran ini menunjukan
bahwa KHD adalah pendidik sejati yang menjadikan diri sebagai pelayan
sesungguhnya dalam dunia Pendidikan. Koneksi antar modul 1.1. Filososi KHD
dengan modul 3.2. Pengelolaan aset ialah Bagaimana Mindset Aset modal manusia yaitu
guru dapat mempunyai pola pikir yang diarahkan pada proses mendidik yang
melayani sepenuh hati, menuntun siswa, memberikan pengajaran terbaik dan
bermakna sehingga siswa didik merasakan kebahagiaan, bebas berimajinasi, bebas
menjadi apa yang mereka inginkan, tumbuh dan kembang secara menyeluruh sesuai
kodrat alam dan kodrat zamannya.
1.2. Nilai-Nilai dan Peran Guru Penggerak
Kaitan
modul 1.2 nilai-nilai dan peran guru penggerak dengan modul 3.2. Pengelolaan Sumber
Daya ialah bagaimana guru mampu mereflektifkan diri akan eksistensinya menjadi
seorang guru, mulai dari niat dan pola pikir, cara mengajar apakah sudah
berpusat pada siswa atau tidak, sudah menyeimbangkan antara cipta, rasa dan
karsa, atau sudah adilkah kita pada
siswa didik?. Dengan kita menerapkan nilai-nilai guru penggerak yaitu
reflektif, mandiri, inovatif, kolaborasi dan berpihak pada siswa berarti kita sudah senantiasa berpikir untuk menempatkan diri sebagai
aset/ modal manusia yang kompeten mendukung peningkatan mutu Pendidikan disekolah.
1.3. Visi Guru Penggerak
Didalam modul 1.3. Guru diajak untuk mempunyai impian dan cita-cita. Guru bersama dengan siswa berusaha menwujukan cita-cita tersebut semata-mata untuk menghadirkan pembelajaran yang berpihak pada siswa. Melakukan pendekatan Inquiri Apresiatif BAGJA dalam memprakarsai perubahan. BAGJA ini sejalan dengan modul 3.2. yaitu pengelolaan asset. Dimana dalam modul 3.2 kita diharapkan menggunakan pola pikir Asset based thingking dalam mengelola asset yang ada di kelas dan juga disekolah kita. Bagaimana membuat perubahan dalam kelas dengan memanfaatkan seluruh asset/ kekuatan yang dimiliki dalam kelas, baik guru, siswa, ruangan kelas, meja, kursi, taman, speaker kelas, kesepakatan kelas, buku-buku untuk menunjang tercapainya Visi dan Misi kelas.
1.4. Budaya Positif
Pada Modul 3.2. Pengelolaan asset ada salah satu asset yang sangat mendukung terciptanya budaya positif dilingkungan sekolah yaitu aset sosial. Aset sosial yaitu bagaimana sekolah mampu menghadirkan lingkungan belajar positif lewat interaksi sosial antar warga sekolah. Hasil rapat yang disepakati bersama dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab merupakan hasil interaksi aset sosial yang positif. Dengan Kepala sekolah menerapkan Asset Basset Thingking pada Aset modal sosial ini tentunya lingkungan sekolah akan semakin positif sehingga akan berdampak pada kualitas pembelajaran yang diterima siswa.
Koneksi Dengan Modul 2
2.1. Pembelajaran Berdiferensiasi
Dalam Pembelajaran Berdiferensiasi guru berusaha memenuhi kebutuhan belajar individu siswa. Sebelum melakukan pembelajaran berdiferensiasi terlebih dahulu guru melakukan pemetaan terhadap kesiapan belajar murid, profil belajar dan minat belajar murid. Kaitan dengan modul 3.2. Pengelolaan aset yaitu terletak pada bagaimana cara pandang guru dalam memfasilitasi keberagaman yang ada pada siswa. Bagaimana guru melihat siswa sebagai individu yang mempunyai keunikan, kecerdasannya masing-masing. Tidak ada pengkotakan antara siswa yang mampu ataupun tidak mampu karna semua siswa mempunyai kecerdasan dan keunikannya tersendiri. Dengan menerapkan pola pikir Asset Based Thingking guru bisa melihat potensi tersebunyi dari diri siswa seperti siswa yang dianggap cerewet oleh guru sebenarnya mempunyai kelebihan percaya diri dan terbuka. Kekuatan- kekuatan seperti itu yang bisa digali lagi dengan kita selalu menerapkan pemikiran Asset Bassed Thingking sehingga aset sosial keberagaman tadi bisa menjadi kekuatan kelas.
2.2. Pembelajaran Sosial Emosional
Dalam pembelajaran sosial emosional guru akan memberikan keterampilan yang dibutuhkan anak untuk bertahan dalam masalah, belajar menempatkan diri secara efektif dalam lingkungan dan dunia. Mempunyai keterampilan mengenal emosi, mengelolah emosi, berempati, membangun relasi, dan mengambil keputusan yang bertanggung jawab. dalam melakukan pengelolaan sebuah aset kita tidak melupakan unsur emosi yang dimiliki oleh manusia. Bahwa semakin seseorang itu memiliki kesadaran diri, kesadaran sosial maka mereka akan mampu mengambil keputusan dengan baik serta mampu mengelolah aset dengan penuh tanggung jawab.
2.3. Coaching
Guru sebagai coach adalah guru ada untuk membantu siswa agar bisa secara mandiri mampu menyelesaikan masalahnya dengan menggunakan kemampuannya sendiri. Coach tidak mengarahkan siswa dengan langsung memberikan solusi tapi coach ada semata-mata untuk menggali kemampuan siswa agar mempunyai solusi sendiri berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki.
Kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang coach dalam mengcoaching
sangat berkaitan dengan pengelolaan aset seperti kemampuan berkomunikasi
asertif, mendengarkan aktif, bertanya efektif dan umpan balik positif. Mengapa
itu sangat berkaitan karna di dalam melakukan proses pengelolaan aset, pemimpin
pembelajaran diharapkan mampu berkomunikasi secara asertif komunikasi yang
positif yaitu komunikasi pertanyaan,
Koneksi Dengan Modul 3
3.1. Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran.
Dalam pengelolaan sumber daya pada konteks kelas, pemimpin pembelajaran
harus memperkenalkan nilai-nilai kebajikan universal yang ada disekitar siswa. Terkadang
mereka akan dihadapkan pada pilihan-pilihan hidup, yaitu benar atau salah. Dengan
mengetahui nilai-nilai kebajikan universal artinya memikirkan kekuatan dan
kelebihan aset, siswa diajak untuk berpikir bahwa kesempatan atau peluang untuk
berubah menjadi maju itu selalu ada. Walaupun dimata orang lain aset tersebut
penuh kekurangan tapi dimata orang-orang yang selalu melihat dengan cara positif
dan berpikir pasti ada kekuatan tersembunyi didalamnya (Asset Bassed Thingking)
pasti akan berbeda hasilnya. Nilai-nilai
kebajikan tadi menjadi patokan kita dapat merefleksikan hal bai kapa yang bis
akita terapkan dalam pengembangan aset yang kita miliki. Dan kalaupun nanti
ditemukan kasus yang mengandung unsur dilema etika benar melawan benar ataupun
bujukan moral, guru dapat mengatasinya dengan berlandaskan pada 4 paradigma dilema
etika. 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengujian keputusan.
Kesimpulan dari koneksi antar materi dari modul 1, 2 dan 3 adalah mengajarkan
guru untuk terus belajar, belajar dan terus belajar memberikan yang terbaik
untuk siswa didik. Mulai dari mind set yang menuntun, melayani, sadar akan
tugas dan tanggung jawab lalu semangat meraih cita-cita bersama dalam sebuah
Visi kelas, menciptakan budaya yang mendukung tumbuh kembang siswa, siap mendengarkan
dan memenuhi kebutuhan belajar siswa, menggali kemampuan dalam diri siswa
dengan coaching, mampu mengatasi masalah dalam hidup lewat sosial emosional
sehingga titik akhirnya ini kembali lagi pada tujuan Pendidikan yaitu merdeka
yang benar-benar merdeka serta Bahagia yang setinggi-tingginya.
Kesimpulan dari modul 3.2. Pemimpin Dalam Paengelolaan Sumber Daya ialah
bagaimana guru sebagai pemimpin pembelajaran sadar dan peduli untuk maksimal
melakukan usaha peningkatan kualitas pembelajaran dengan memanfaatkan seluruh sumber
daya yang ada dilingkungan daerah maupun sekolah. Melakukan pemetaan sumber daya,
mengolah sumber daya dengan strategi-strategi yang dapat berdampak langsung pada
siswa.
Bagaimana pengelolaan sumber daya yang tepat dapat membantu proses proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas.
Asset Bassed Thingking mengajarkan kepada kita untuk berpikir optimis dan senantiasa melihat segala sesuatu dari segi positif. Walaupun dalam hidup pasti ada sisi negative ataupun kekurangan tapi itu jangan dijadikan alasan untuk tidak melakukan perubahan. Dalam pola pikir yang mengarahkan pada kelemahan tentunya kita bisa berusaha mengambil pelajaran dengan memunculkan kekuatan-kekuatan positif didalamnya. Contohnya saat melihat seseorang yang berbuat salah tidak serta merta kita menghakiminya tapi kita bisa ambil sisi baiknya yaitu dibalik kesalahan yang dibuat itu membuatnya makin banyak memahami dan lebih dewasa lagi. Contohnya aset fisik ruang kelas, jika dikelolah dengan baik mulai dari kebersihan, pengaturan benda-benda yang ada dalam kelas sesuai, SOP kelas, sudut baca yang menyenangkan dan penuh dengan buku yang menarik tentunya akan menarik perhatian siswa untuk betah dan nyaman berada didalam kelas, siswa jadi senang membaca sehingga akan berdampak kepada kualitas pembelajaran dalam kelas.
Contoh hubungan materi dalam modul 1 terhadap materi modul 3
Guru mempunyai mindset untuk mempersembahkan pembelajaran yang berpusat
pada siswa maka guru tersebut akan berusaha melakukan perubahan dengan memanfaatkan
aset/ kekuatan yang ada untuk mendukung tercapainya perubahan. Aset yang bisa
digunakan adalah Siswa sebagai agen perubahan. Dengan mempelajari modul 3.2.
CGP lebih peka lagi bahwa banyak sekali modal yang ada disekitar kita yang bisa
dikelolah untuk dipergunakan dalam proses KBM. Mungkin selama ini fokus hanya
berada dalam kelas saja tapi bisa kita perluas lagi sampai diluar kelas bahkan
diluar sekolah.
Sebelum saya mempelajari materi ini, interaksi sosial yang saya lakukan cenderung
mengikuti alur bagai air yang mengalir, tidak terlalu memikirkan pemikiran-
pemikiran negatif yang akan berdampak pada orang lain selama saya tidak ikut
terpengaruh. Didalam berinteraksi memang kita bisa memilih dengan siapa kita
bergaul tapi dalam sebuah institusi/ komunitas kita dituntut untuk
berkolaborasi dan bertukar pikran dengan rekan kerja. Terkadang kita tidak sepaham dengan pemikiran mereka
dalam memposisikan dirinya sebagai guru, yang hanya memikir mengajar hanya
sebuah tugas semata dan tidak lebih. Padahal kita tahu bahwa tugas sebagai guru
itu bukan hanya mengajar dikelas tapi sampai pada komunikasi terhadap orangtua,
mengenali karakter siswa, memantau perkembangan siswa. Orang-orang yang acuh
tadi pasti ada dan kita tidak bisa menghindari mereka. Pikiran-pikran negative yang
secara sadar kita dengar tidak berusaha kita rubah. Tapi setelah memperlajari
modul 3.2. ini saya merasa mempunyai tanggung jawab besar sebagai pemimpin
dalam pengelolaan aset bahwa sangat penting bagi menciptakan lingkungan sekolah
yang kondusif, berkolaborasi, penuh kesadaran akan tugas dan tanggung jawab
bukan hanya untuk saya sendiri tapi juga untuk orang-orang yang ada dalam
lingkup kerja saya.
B. Rancangan
Tindakan
PRAKARSA PERUBAHAN |
Membuat Kelas 4A Menyenangkan |
|
TAHAPAN |
Pertanyaan |
Daftar
tindakan/ riset/ penyelidikan yang perlu dilakukan untuk mendapatkan jawaban |
B-uat
pertanyaan (Define) ●
Membuat
pertanyaan utama yang akan menentukan arah investigasi kekuatan/potensi/
peluang; ●
Menggalang
atau membangun koalisi tim perubahan |
Apa yang harus saya lakukan agar membuat kelas menjadi menyenangkan dan
nyaman. |
-
Menganalisa space kelas/ keadaan ruang kelas -
Menentukan bagian apa saja yang akan dirubah -
Membuat daftar-daftar kecil kegiatan yang akan dilakukan. |
A-mbil
pelajaran (Discover) ●
Menyusun
pertanyaan lanjutan untuk menemukenali kekuatan/potensi/ peluang lewat
investigasi; ●
Menentukan
bagaimana cara kita menggali fakta, memperoleh data, diskusi kelompok
kecil/besar, survei individu, multi unsur |
Contoh kelas-kelas yang menyenangkan itu seperti apa? |
-
Melihat dan bertanya pengalaman guru lain yang kelasnya terlihat
menyenangkan -
Menulis hal-hal yang kita temukan dan menjadikannya masukan yang perlu
dipertimbangkan -
Mencatat apa yang kita peroleh dari hasil wawancara |
G-ali
mimpi (Dream) ●
Menyusun
deskripsi kolektif bilamana inisiatif terwujud; ●
Mengalokasikan
kesempatan untuk berproses bersama, multiunsur (kapan, di mana, siapa saja). |
Apa saja yang kami inginkan terdapat dalam kelas agar kelas kami
menyenangkan |
-
Menyiapkan ruangan kelas -
Menyiapkan tempat baca -
Menentukan hiasan kelas -
Menyiapkan kesepakatan -
Sikap siswa dan guru. -
Menyiakan bunga hias -
Menyiapkan permainan yang menyenangkan. |
J-abarkan
rencana (Design) ●
Mengidentifikasi
tindakan konkret yang diperlukan untuk menjalankan langkah-langkah kecil
sederhana yang dapat dilakukan segera,dan langkah berani/terobosan yang akan
memudahkan keseluruhan pencapaian; ●
Menyusun
definisi kesuksesan pencapaian |
-
Rencana seperti apa yang bisa kami susun agar bisa menghadirkan kelas
yang menyenangkan |
-
Membuat daftar rencana Merubah kelas,
bagian kelas yang dirubah agar lebih menarik dan menyenangkan -
Menentukan hari pelaksanaan perubahan kelas -
Menentukan tugas masing-masing siswa -
Menentukan skala prioritas perubahan, misalnya sudut baca, hiasan
kelas,kebersihan kelas. -
Membuat beberapa catatan |
A-tur
eksekusi (Deliver) ●
Menentukan
siapa yang berperan/ dilibatkan dalam pengambilan keputusan; ●
Mendesain
jalur komunikasi dan pengelolaan rutinitas (misal: SOP, knowledge management,
monev/refleksi) |
Siapa saja yang terlibat dalam perubahan kelas? SOP pengelolaan seperti apa yang membuat kelas
tertata dengan baik dan menyenangkan. |
-
Walikelas, pendamping kelas dan siswa melaksanakan perubahan didalam
kelas 4a secara Bersama-sama (Maret 2022) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Masukannya