Sabtu, 09 Oktober 2021

JURNAL MINGGUAN 8

 JURNAL MINGGUAN 8


1. Peristiwa

Jurnal minggu ke 8, saya dan teman-teman CGP, mulai belajar budaya positif di modul 1.4. 

CGP diarahkan untuk melihat lagi konsep  dan paradigma yang menurut saya baru walaupun pada implementasinya bukan hal yang baru karena pernah saya terapkan. Yaitu bagaimana cara mengubah stimulus respon menjadi teori kontrol positif. Dimana selama ini mungkin kami telah melakukan cara yang keliru dalam penerapan budaya positif. Terutama budaya kontrol positif seperti disiplin di sekolah lebih-lebih dikelas saya. 

Dalam menciptakan budaya disiplin positif sekolah. Disiplin harus lahir dari motivasi internal murid itu sendiri. Bukan karna paksaan semata dari pihak luar (eksternal).  Dilingkungan sekolah contohnya, sekolah memiliki tata tertib dan aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh murid. Yang berguna untuk menciptakan lingkungan yang kondusif disekolah. Dalam hal ini sebagai pendidik kita tidak serta merta melaksanakan tata tertib itu secara kaku tanpa disertai sikap bijak dalam prosesnya, seperti memberi hukuman bagi yang melanggar tanpa didengar dulu alasan Meraka, kenapa dan mengapa mereka berbuat demikian? dan juga tanpa diberikan kesempatan bagi mereka agar dapat merubah diri menjadi lebih baik. 

Peraturan bukan untuk menekan, tapi peraturan yang baik adalah  ada untuk menanamkan nilai-nilai kebajikan yang berguna untuk murid. Nilai-nilai kebajikan itu Seperti nilai disiplin dan tanggung jawab.

Didalam modul 1.4. ini juga kami belajar tentang 3 motivasi manusia yang mendasari perilaku Meraka, yaitu: 

1. Motivasi untuk menghindari ketidaknyamanan dan hukuman
 2. motivasi untuk mendapatkan imbalan dan pujian. 
3. Motivasi untuk menjadi diri sendiri dengan memegang teguh nilai-nilai kepercayaan yang diyakini.

Kepercayaan dan keyakinan tiap orang berbeda, begitu pun dengan paradigma dan pandangan mereka. Untuk itu Didalam kelas yang plural dengan segala kemajemukan yang ada, dibutuhkan sebuah sistem kontrol positif untuk mencapai budaya positif. Yaitu dengan menerapkan "Keyakinan Kelas".

Keyakinan kelas lebih baik dari peraturan kelas, mengapa? karena sesuatu yang bernilai keyakinan itu bersumber dari internal seseorang, bersumber dari motivasi intrinsik. Sesuatu yang bersumber dari dalam diri Seseorang akan lebih membuat orang tergerak dan bersemangat dalam menjalankan keyakinannya daripada sekedar mengikuti peraturan.

Dikelas, saya mencoba menerapkan "Keyakinan kelas" dengan meminta murid menyebutkan keyakinan-keyakinan seperti apa yang dipercaya dan disadari oleh siswa untuk dijadikan sebagai keyakinan guna berguna sebagai kontrol positif kelas. 

Alhamdulillah murid-murid mampu mengemukakan kepercayaan dan mengenali bentuk dari kepercayaan tersebut. Saat mereka melakukan sesuatu yang salah dengan cepat mereka menyadari keyakinan kelas apa yang mereka langgar. 

Selain itu guru juga tidak boleh tutup mata dengan keadaan siswa. Guru juga dituntut untuk melihat kebutuhan dasar apa yang belum terpenuhi dalam diri siswa siswa mereka melanggar keyakinan kelas. Sungguh materi yang perlu dipelajari lebih dalam lagi.

2. Perasaan

Perasaan yang saya rasakan saat melalui alur merdeka mulai dari diri, eksplorasi konsep, diskusi di ruang kolaborasi hingga presentasi  ialah sangat senang. Sebuah materi pembahasan yang sangat menantang buat saya. 

3. Pembelajaran 

Diruang Kolaborasi banyak sekali saya mendapatkan pembelajaran dari pendapat yang membangun dari teman, penguatan dan pesan dari bapak. Fasilitator agar didalam implementasi dalam kelas saya tidak lupa untuk mampu menjadi apa yang dibutuhkan oleh siswa, baik sebagai orang tua, guru, teman, bahkan nenek bagi siswa.
Saya menyadari bahwa 
ada 5 posisi kontrol dan saya harus mampu memposisikan diri yaitu; 
1. Mampu memposisikan diri dalam 3 posisi kontrol, yaitu: Sebagai teman, pemantau, dan manajer  sesuai dengan situasi dan kebutuhan murid. 
2. Menghindari satu posisi kontrol yaitu sebagai  pembuat orang merasa bersalah.
3. Menjauhi satu posisi kontrol sebagai penghukum.

4). Perubahan

Perubahan yang terjadi pada diri saya ialah;

1. Paradigma saya berubah, bahwa untuk menerapkan budaya positif terhadap murid, saya tidak bisa memaksa mereka sesuai kemauan saya. 

2. Menerapkan keyakinan kelas dan bukan peraturan kelas.

3. Mengidentifikasi Lebih dalam lagi tentang kebutuhan-kebutuhan dasar dan prioritas utama yang dibutuhkan oleh murid.

4. Ingin mempelajari lebih dalam lagi dan menerapkan secara nyata restitusi dalam menanamkan disiplin positif pada murid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Masukannya

Waktu

Waktu berlalu Tinggalkan pedih perih Bila ingat kenangan lalu Tak menentu kemana hati melangkah  Tak terasa banyak hal yang sudah kulalui  B...