Jurnal Mingguan Calon Guru Penggerak
Jurnal Mingguan adalah aktifitas menulis yang dilakukan
Calon Guru Penggerak (CGP) setiap akhir pekan melalui Learning Management
System (LMS).
Jurnal mingguan merupakan tugas yang akan melatih CGP
dalam menuangkan pengalaman,ide ataupun kegiatan apa saja yang dialami oleh CGP
selama 1 minggu.
Tulisan ditulis dalam bentuk jurnal dengan berbagai
model, diantaranya; model 4 F (fact, Feeling, finding dan future), 5 R (Reporting,
Responding, Relating, Reasoning dan Reconstruction),Tehnik 6 Topi, Model
segitiga refleksi, Model 4C (Connection, Challenge,
Concept, Chance), Gaya Round Robin dan lain-lain.
Dan saya sangat menikmati aktifitas menulis
jurnal di LMS pada setiap minggunya. Aktifitas ini awalnya memang berat tapi
seiring berjalannya waktu menulis jurnal menjadi salah satu aktifitas favorit.
Semua tulisan jurnal saya selama 6 bulan
ini sudah dipublikasikan baik lewat LMS maupun media digital lain seperti Blog,
Facebook, google site dll. Semua aktifitas menulis CGP dalam LMS ini dilakukan
dengan bebas sesuai kemauan CGP sendiri dan mendapatkan perhatian dan arahan
dari Fasilitator hebat Bima 4, Bapak Rahman Husain.
Terimakasih banyak kepada rekan-rekan
sesama CGP yang sudah membantu dalam proses membersemai lewat praktik-praktik
baik yang kita lakukan bersama saat menulis dan terimakasih pula pada Bapak
Dr.Syarifudin sebagai Pengajar Praktik yang selalu mendukung peningkatan kompetensi
kami CGP. Saling mendukung dan membantu membuat kami kuat dan semangat selama program
guru penggerak ini berjalan.
Semoga jurnal minggu 1 sampai dengan jurnal
minggu 24 ini bisa memberi manfaat bagi orang banyak terutama penggerak dunia Pendidikan
dan Calon Guru Penggerak Angkatan selanjutnya.
JURNAL
MINGGU 1. Sabtu, 21 Agustus 2021
Bagaimanakah relevansi pemikiran Ki.Hadjar
Dewantara, Pendidikan yang menghamba/berpihak pada murid dalam peran saya
sebagai pendidik?
A.
Ki.Hadjar
Dewantara dimata saya?
Awalnya saya hanya mengenal sosok Ki.Hadjar
Dewantara sebagai Bapak Menteri Pendidikan Pertama Negara Kesatuan Republik
Indonesia (1889-1959), yang hari kelahirannya pada tanggal 2 Mei selalu di peringati
sebagai hari Pendidikan Nasional. Namun, setelah saya mengikuti Program
Pendidikan Guru Penggerak dan menjadi bagian dari Calon Guru Penggerak Angkatan
3 Kota Bima, saya lebih mengenal lagi sosok Ki.Hadjar Dewantara. Pemilik nama
asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat ini lebih mengakrabkan dirinya dengan
panggilan Ki, agar lebih dekat dengan rakyat pribumi. Filosofi-filosofi
beliau yang berkaitan dengan dunia Pendidikan diantaranya “Ing Ngarso Sun Tulada
Ing Madya Mangun Karsa Tut Wuri Handayani. Yang memiliki arti didepan menjadi
teladan, ditengah membangun semangat dan dibelakang memberikan dorongan.
Menghamba pada murid. Kalimat yang cukup menggelitik hati kami
CGP. Kenapa harus menghamba? Bukankah kata menghamba itu hanya ditujukan untuk
Tuhan?. Begitu pendapat teman-teman CGP pada saat sesi diskusi di ruang
kolaborasi maupun Diskusi bersama instruktur saat elaborasi pemahaman.
Menghamba disini adalah menitikberatkan pada pengabdian seorang pendidik yang
sepenuhnya melayani murid tanpa batas. Pendidikan yang berpusat pada murid yang
bukan hanya dijadikan objek tapi melainkan subjek dari Pendidikan itu sendiri. Disini
dapat dilihat bahwa Ki.Hadjar Dewantara begitu meninggikan keberadaan murid
dalam proses pelaksanaan Pendidikan. Pendidik sejatinya hadir untuk melayani
murid dengan sepenuh hati. “Pendidik menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan
kodrat yang ada pada murid agar mereka dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya”.
Pendidik itu menuntun murid, sabar dalam
menghadapi setiap sikap dan karakter murid, membimbing dan mengarahkan murid sesuai
kodrat alam dan kodrat zamannya. Lalu, bagaimana dengan saya?, Sudah
menghambakah saya pada murid?, sudah melayanikah saya selama ini sebagai
pendidik?. jujur saya mengatakan mungkin saya masih jauh dari kata melayani.
Ternyata masih banyak PR yang harus saya kerjakan dimasa depan.
Setelah mempelajari modul 1.1. Filosofi
Ki.Hadjar Dewantara, saya menyadari bahwa mind set harus dibentuk ulang, yaitu
mind set “melayani murid”. Bukan hanya sekedar hadir disekolah untuk memenuhi
tugas mengajar saja tapi juga tanggung jawab memastikan bahwa murid saya tumbuh
dan kembang secara menyeluruh dalam lingkungan yang positif dan mendukung
mereka.
Mind set ataupun Pola pikir yang saya
pelajari di PGP ini tidak serta merta saya terima begitu saja. Tentunya
pemahaman tersebut harus dikaji dan di cerna dulu, apakah logis dan sepaham
dengan kita atau tidak, apakah pemahaman ini baik atau tidak untuk murid-murid?
Jika memang sejalan maka akan saya lakukan dengan sepenuh hati tapi jika
pemahaman tersebut tidak logis maka akan saya kaji kembali dan akan saya
pertanyakan di Ruang Kolaborasi bersama Fasil, Diskusi bersama instruktur dalam
ruang Elaborasi pemahaman atau diskusi dengan CGP lainnya hingga menemukan
benang merah yang melandasinya, mengapa dan apa alasannya?.
Begitupun dalam modul 1.1. Filosofi
Ki.hadjar Dewantara ini. Saya berusaha memahami pemikiran Ki.Hadjar Dewantara
dan mencoba mencari benang merah kesepahaman dari apa yang saya lihat, baca dan
dengar. Kata “Menghamba” yaitu disini bukan diartikan menghamba seperti kita
bersujud kepada Tuhan, tapi melainkan titik pengabdian yang tinggi seorang
Pendidik terhadap murid dalam mempersembahkan pengajaran terbaik yang ia mampu,
melayani murid-murid dalam pengajaran sepenuh hati layaknya orang tua yang
memberikan yang terbaik kepada anak-anak mereka dalam tumbuh kembang dan
pencapaian nya sehingga kelak anak-anak tersebut mencapai kebahagiaan dan
kesalamatan baik sebagai individu maupun bagian dari kelompok.
Oleh karenannya Ki Hadjar Dewantara dimata
saya adalah sosok panutan yang bisa saya teladani karna pengabdian dan dedikasi
beliau dalam dunia Pendidikan. Pengabdian tulus yang bukan hanya sekedar
rangkaian ide-ide pasif semata tapi juga tindak nyata yang beliau buktikan
lewat memperjuangkan hak-hak kaum pribumi dalam mengenyam Pendidikan lebih baik
dan layak sesaui dengan budaya bangsa dengan didirikannya Taman Siswa.
B.
Perasaan
saya setelah mempelajari Modul 1.1. Filosofi Ki.hadjar Dewantara ini ialah;
Saya merasa senang bisa bergabung dalam
Program Guru Penggerak, senang bisa mengenali dan mempelajari jauh lagi tentang
pemikiran Ki.Hadjar Dewantara. Pemikiran yang menginspirasi saya agar lebih
peduli dan maju lagi sebagai pendidik. Menjadi pendidik yang berpihak pada
murid, melayani dan membawa murid kepada kodrat alam dan kodrat zamannya.
Pembelajaran berharga yang saya dapatkan
dari proses awal pembelajaran modul 1.1. filosofi KHD ialah saya harus banyak
belajar, sabar, melayani murid. Harapan saya kedepannya murid-murid menjadi
termotivasi,senang belajar dan mandiri.
Kedepannya, saya berjanji menjadi pendidik
yang amanah. Menuntun murid menemukan bakat dan potensinya masing-masing.
Meningkatkan kualitas diri dengan terus mereflektifkan diri.
Jurnal
Minggu 2. Sabtu, 28 August 2021
Model Jurnal
Refleksi 5R (Reporting, Responding, Relating, Reasoning dan Reconstruction)
Selasa,
24 Agustus 2021, saya mencoba untuk membuat pembelajaran yang berpusat pada
murid. Sesuai dengan tujuan Program Pendidikan Guru Penggerak ialah
mempersiapkan Pendidik untuk menjadi pemimpin yang mampu menumbuhkembangkan
anak secara holistic (menyeluruh). Anak memiliki kemampuan
mengolah cipta (Kognitif), mengolah rasa (Afektif) dan mengolah
karsa (Psikomotorik). Ketiga kemampuan tersebut harus ada dan seimbang
dalam diri murid, untuk itu saya mencoba untuk membuat pembelajaran yang
berpusat pada murid dengan memperhatikan keinginan murid.
Adapun
yang saya lakukan untuk membuat pembelajaran yang berpusat pada murid ialah;
1.Merancang Rencana pembelajaran yang
berpusat pada murid.
2.Menyediakan media pembelajaran yang
sesuai, memilih metode yang tepat.
3.Menerapkan budaya 6 S (Senyum, salam,
salim, sapa,sopan dan santun) sebagai
bentuk pembiasaan.
4.Merefleksikan pembelajaran dan
memperbaikinya untuk pembelajaran selanjutnya.
Dalam
pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), seperti biasa saya melakukan
tahapan awal, inti dan tahapan akhir. Tapi dalam proses praktiknya saya mencoba
merombak cara pelaksanaanya. Keluar dari kebiasaan sebelumnya, disini saya
menempatkan diri untuk melayani murid
dengan lebih banyak mendengar apa yang mereka inginkan, tidak menuntut tapi
lebih kearah menuntun. Seperti:
1.
Bertanya
pada murid tentang pelajaran apa yang ingin mereka pelajari hari ini. Respon
yang diberikan murid juga beragam, ada yang ingin bernyanyi, menggambar,
berhitung dan lain-lain. Tentunya keinginan mereka ini pertama-tama harus
diapresiasi dan jangan diacuhkan. Sehingga murid-murid merasa bahwa suara dan
keinginan mereka diterima baik oleh kita.
2.
Merespon
dengan senyuman. Respon yang saya berikan pertama kali kepada murid adalah
dengan mimik muka bersahabat, yaitu tersenyum.
3.
Mengarahkan
capaian pembelajaran sesuai kemampuan murid Sehingga jam pelajaran SBDP yang
seharusnya tujuannya ialah murid dapat menyanyikam lagu menanam jagung dengan
tempo nada yang diharapkan. Saya arahkan bukan hanya kesatu tujuan saja,
melainkan kebanyak tujuan, seperti: mampu menggambar sketsa jagung, menghitung
banyak jagung dll.
Rancangan Pembelajaran
Dalam
merancang pembelajaran yang saya lakukan ialah;
a.
Membagi
murid berdasarkan keinginan murid
-
Untuk
semua murid diarahkan untuk mendengar audio lagu menanam jagung, kemudian
bernyanyi bersama-sama sembari bertepuk tangan. Nada awal lemah dan nada selanjutnya
kuat.
-
Murid
mendengar lagu dengan seksama dan kemudian bernyanyi dengan iringan tepuk tangan.
b.
Untuk
murid-murid yang senang menggambar diarahkan untuk menggambar jagung baik
dengan pola atau sketsa bebas sesuai dengan keinginan murid.
c.
Untuk
murid-murid yang senang berkebun diarahkan untuk menceritakan pengalaman mereka
saat berkebun atau menanam sesuatu.
-
Ternyata
ada beberapa anak laki-laki yang senang berkebun, mereka sangat antusias
bercerita tentang tanaman-tanamannya.
-
Ternyata,
murid-murid kalau belajar sesuatu yang mereka sukai responya sangat bersemangat
sekali.
d.
Untuk
murid-murid yang senang berhitung dibuatkan soal cerita matematika yang
berkaitan dengan tanaman.
4.
Murid-murid
dibimbing untuk berhitung berdasarkan soal cerita dan pengalaman murid.
Respon
atau tanggapan murid pada pembelajaran tersebut ialah;
1.
Murid
menjadi sangat senang saat belajar, menjadi lebih fokus dan bersemangat.
2.
Murid
menjadi cepat dalam mengerjakan tugas
5.
Budaya
6 S tetap diterapkan didalam kelas. Contohnya budaya sopan dan santun murid
dibiasakan mengucapkan “santabe” (permisi). Kata Santabe ini berkaitan dengan
adab kesopanan dan tingkah laku masyarakat Bima. Diluar kelas pun Budaya salam,
salim, sapa dan senyum dijadikan
pembiasaan saat murid bertemu dengan guru-guru maupun orang lain.
Respon Budaya 6 S;
1.
Murid
mulai terbiasa menyapa dengan salam, senyum, salim, sapa, sopan dan santun.
2.
Murid
menjadi lebih terbuka pada guru mengenai perasaannya.
6.
Untuk
mengembangkan daya rasa (Afektif) dilakukan pembinaan terhadap murid. Pembinaan
ini berupa arahan/ nasehat disela-sela pembelajaran, mendengar keluh kesah
murid, berusaha menjadi pendengar yang baik bagi murid. Membina laku luhur
murid, jiwa yang halus, kemauan yang teguh dari hati kehati. Pembinaan ini
ditujukan bukan hanya untuk murid bermasalah tapi bagi semua murid.
Dalam pelaksanaannya, pembelajaran yang berpusat pada murid
mendapatkan respon positif dari murid walaupun dalam pelaksanaanya pendidik harus
ekstra berpikir dan sabar dalam melayani
keinginan murid. Mempersembahkan pembelajaran yang baik dan menarik
pendidik harus lebih semangat dan berinovasi. Agar pekerjaan kita maksimal
melakukan kolaborasi dengan rekan sejawat maupun pendamping itu sangat penting.
Mengapa? Mengingat kompleksnya materi yang diajarkan dan kelas gemuk yang
ditangani maka kita perlu membangun
kolaborasi.
Melakukan
pembelajaran berdasarkan kemauan murid dan berusaha mempersembahkan
pembelajaran yang berpihak pada murid adalah Langkah utama yang harus dirancang
sebelum memberikan pembelajaran. Hasilnya ditahap akhir setelah melalui proses awal, inti dan akhir sampailah
saya pada sebuah kesimpulan bahwa semakin kita berusaha melayani murid maka
akan semakin kita mengenal murid-murid dengan sangat baik sehingga pada
akhirnya kita tidak hanya memenuhi kebutuhan anak secara kognitif tapi juga
memahami mereka secara psikologis dan karakter.
Jurnal Minggu 3. Sabtu, 4 September 2021
LMS minggu ini kami
awali dengan “Mulai Dari Diri” menggambar trapesium usia. Tugas trapesium usia
guna merefleksikan diri CGP saat mereka dimasa lalu, masa kini dan masa depan.
Pengalaman yang berkesan dan membekas dalam ingatan saat usia sekolah, usia
kerja dan usia pensiun.
CGP diminta untuk menulis masing-masing 1
peristiwa positif dan negatif. Dalam kegiatan refleksi ini kembali memori saya
mengingat peristiwa penting yang terjadi
dimasa lalu mengaitkan kembali peristiwa tersebut dengan pembentukan
nilai-nilai diri dimasa kini.
Kesimpulan yang bisa diambil dari trapesium usia ini adalah bahwa kejadian
baik dan buruk dimasa lalu terutama saat dibangku sekolah akan selalu
diingat oleh anak sampai kapan pun. Kejadian baik yaitu seperti penerimaan guru
terhadap murid akan selalu diingat oleh murid dan bahkan akan menjadi
panutannya dimasa depan tapi sebaliknya kejadian buruk yang diterima oleh murid
dimasa dulu seperti dimarahi, tidak dipedulikan, pengajaran yang buruk akan
tetap diingat oleh murid. Lewat PGP kami
pendidik disadarkan bahwa peran guru sangat besar dalam membentuk karakter baik
murid, sikap dan penerimaan baik guru akan membekas dan mampu meninggalkan
nilai-nilai positif pada diri murid sehingga dapat membentuk nilai-nilai baik
mereka dimasa depan..
Perasaan saya saat mempelajari peran dan nilai guru penggerak di LMS
ialah sangat senang sekali. Terutama materi tentang memahami dan mencoba
menggali 4 kompetensi guru penggerak. Seperti; 1. Kompetensi menggerakkan diri
sendiri dan orang lain. 2. Kompetensi memimpin pembelajaran. 3 kompetensi
memimpin menejemen sekolah. 4. Kompetensi mengembangkan sekolah.
Saya menyadari hanya beberapa kompetensi
yang baru dikembangkan. Kedepannya saya akan berusaha mengembangkan lagi diri
dengan merealisasikan ke 4 kompetensi tersebut dalam aksi nyata.
Pelajaran yang saya dapatkan dalam proses lokakarya 1 yaitu,
bagaimana saya dapat mengembangkan diri dan memutuskan untuk mengembangkan diri
dan orang lain. 2. Mengembangkan sekolah. Untuk pengembangan orang lain saya
fokuskan kepada siswa dan guru. Siswa saya akan beri pembinaan kognitif
dibidang sains dan untuk guru akan saya lakukan coaching membuat Vidio. Dan
untuk pengembangan sekolah saya akan melakukan pengembangan pada bidang
penilaian sekolah.
Saya berharap dimasa depan lebih banyak lagi menggerakkan orang lain
bukan hanya dilingkungan sekolah, tapi juga teman-teman lain diluar sekolah.
Jika dimasa depan saya menemukan kendala, saya akan mencoba cara lain
untuk mengembangkan yaitu dengan membuat Vidio tutorial cara menjawab soal buat
siswa dan guru serta tutorial membuat Vidio pembelajaran.
Jurnal
Minggu 4. Sabtu, 11 September 2021
(Peran
dan Nilai Guru Penggerak)
Pada minggu ini CGP belajar tentang nilai
dan peran guru penggerak. Tentunya seorang guru haruslah sadar dengan nilai
diri dan bagaimana menumbuhkan nilai diri. Adapun nilai-nilai diri CGP ialah;
1.
Nilai
mandiri, guru harus senantiasa bisa memacu dirinya sendiri untuk terus
meningkatkan potensinya dengan kemampuan sendiri tanpa didorong dan dipaksa
oleh orang lain.
2.
Nilai
Reflektif yaitu guru mampu melihat dan mengevaluasi diri atas apa-apa yang
sudah dilakukan selama ini dan mengambil pengalaman tersebut untuk jadi bahan
peningkatan dirinya kedepan.
3.
Nilai
kolaboratif yaitu guru mampu menjalin komunikasi positif dan hubungan Kerjasama
dengan orang lain.
4.
Nilai
inovatif yaitu guru mampu melahirkan ide-ide baru yang kemudian diterapkan
dalam kehidupannya dan bermanfaat untuk orang lain.
5.
Nilai
keberpihakkan pada murid yaitu guru senantiasa mempersembahkan seluruh
perhatiannya dan kemampuannya untuk memberikan pelayanan terbaik untuk
murid-murid terutama dalam pengajaran dan tumbuh kembang murid secara holistic.
Pada tahapan menginterpretasikan, CGP
diharuskan untuk menerapkan apa itu nilai-nilai dari guru penggerak. Mulai dari
nilai mandiri, kesadaran untuk mencari tahu dan meningkatkan diri, mulai saya
lakukan dan kali ini lebih sering dilakukan. Baik dengan gooling atau belajar
secara mandiri, mempraktekkan apa yang dipelajari dan kemudian rajin bertanya
adalah bentuk dari penerapan nilai mandiri ini. Saya sendiri merasakan banyak
manfaat dari proses mandiri belajar. Mencoba berbagai aplikasi; seperti
canva, mind mapping, ataupun pengeditan video filemora untuk menyelesaikan
tugas CGP. Reflektif lahir dari proses berpikir dan merenung lebih dalam
tentang diri. Saya sadar bahwa potensi setiap orang itu ada dan besar dalam
dirinya tinggal bagaimana cara menggali dan menginterpretasikannya dengan benar
sehingga potensi tersebut berkembang dan memberi manfaat bagi diri dan
sekitarnya.
Dari seluruh proses yang CGP pelajari maka tibalah
pada proses tahapan mengevaluasi. Yang dievaluasi disini adalah sejauh mana
kelima nilai tadi sudah diterapkan oleh CGP dalam meningkatkan diri. Bentuk nyatanya, saya sudah mulai menerapkan
semua nilai tersebut walaupun belum terlalu maksimal. Perlahan tapi pasti saya
akan berusaha. Walaupun pada point inovasi belum maksimal tapi setidaknya saya
sudah berani mencoba hal-hal baru diantaranya menjadi coach untuk guru lain.
Tapi untuk kedepannya saya akan berusaha menerapkan kelima nilai dan peran guru
penggerak.
Pada Tahapan ini saya ingin mengatur ulang
rencana saya untuk kedepannya. Merancang hal-hal baik apa yang akan saya
terapkan dan bagi untuk guru-guru lain. Diantaranya ;
a.
Mengasah
diri dan menerapkan nilai-nilai guru
b.
Mencoba
hal-hal baru seperti menjadi narasumber dalam seminar meningkatkan kompetensi
guru.
c.
Mengaplikasikan
ilmu yang saya dapat dan latih seperti canva, kinemaster, mind mapping dll
untuk memberikan pengajaran inovatif untuk murid.
JURNAL MINGGUAN 5. Sabtu,
18 SEPTEMBER 2021
Model: 6 Topi
Melihat fakta yang terjadi disekolah sekarang, 1.Terjadi penurunan prestasi
akademik. 2. Motivasi/ semangat murid dan guru menurun. 3. Ganti kepemimpinan
selama 2 tahun berturut-turut. 4. Visi sekolah tidak berjalan maksimal (white Hat).
Perasaan
saya saat ini cukup sedih karena virus korona yang tidak kunjung berakhir.
Terjadi Lose learning (Hilangnya pembelajaran), penurunan semangat belajar
murid dan pergantian pemimpin 2 tahun terakhir sehingga menjadikan KBM kurang
maksimal (Red Hat).
Apa
manfaatnya bagi murid jika saya bergerak mempengaruhi, walau bukan pemimpin?.
1.Saya akan bebas bergerak melakukan perubahan. 2. Bisa mempelajari keadaan
dengan leluasa. 3. Menunjukka diri bahwa saya bisa diajak berkolaborasi
membangun perubahan. 4. Bisa dipercaya melakukan sesuatu yang besar. 5.
Meningkatkan rasa saling menghargai. 6.
Bisa lebih merangkul rekan-rekan sejawat untuk mau bekerjasama. Saya harus
semangat, jikapun saya dipercayakan menjadi seorang PLT.Kepala Sekolah saya
harus siap memegangng tanggung jawab dan menjalankan visi sekolah dengan
sebaik-baiknya (Yellow Hat).
Menghidupkan
kembali budaya-budaya positif sekolah seperti;1. Senin, apel pagi, upacara.
2.Selasa budaya tadarus. 3. Rabu budaya Literasi. 4. Kamis budaya berbagi. 5.
Jum’at budaya Imtaq.6. Sabtu budaya sehat jasmani serta pemanbahan budaya 6S
sekolah digalakkan (Green Hat).
Posisi saya
sekarang adalah sebagai guru. Langkah selanjutnya yang akan saya lakukan ialah
melakukan perubahan dan pergerakkan dengan menyadarkan guru-guru akan visi
sekolah. Perlahan saya akan mendekati guru-guru senior untuk melakukan perubahan.
Membangun kerjasama dengan setiap pihak yang terkait dalam kemajuan sekolah dan
mengarahkan untuk mencapai Visi sekolah (Blue Hat).
Apa yang
harus saya lakukan untuk membuat pembelajaran kembali normal? Walaupun tidak
banyak yang bisa saya lakukan namun setidaknya saya harus berusaha melakukan
perubahan. Kalau saya bergerak sendiri tentunya hasilnya tidak akan maksimal
dan dianggap tidak mampu berkolaborasi. Saya harus bisa menggerakkan rekan
kerja lainnya untuk pembelajaran yang berpihak pada murid. Sementara itu tidak
adanya keinginan guru senior untuk memegang tampuk kepemimpinan sebagai PLT
kepala sekolah yang akan memasuki masa purnatugas. Apa yang harus saya lakukan
saat kepala sekolah menunjuk saya menjadi PLH Kepala Sekolah?. Tentunya guru
lulusan Cakep 2021 dan CGP Angkatan 3 Kota Bima, sungguh pantang bagi saya
menolak tantangan. Usia boleh muda tapi kematangan personality bisa saya jamin
saya mampu. Semua ini demi keberlangsungan kemajuan sekolah (Black Hat).