DENGAN BAPAK JOKO IRAWAN MUMPUNI,Rabu 08 Juli 2020.
jmumpumpini@gmail.com,Twitter @jokomumpuni
RESUME BY:
NOVI PUSPITASARI,S.Pd
GURU SEKOLAH DASAR NEGERI 55 DARA KOTA BIMA
START with ‘What is writing ?”
Materi ini menurut saya sangat bagus untuk kita pelajari, mengetahui banyak pengetahuan baru adalah suatu rahmat bagi seorang guru, karna mengingat guru adalah sebuah profesi yang profesional membutuhkan orang – orang yang mau bekerja lebih keras daripada sekedar duduk bermalas – malasan saja. Membangun budaya literasi untuk memperkaya wawasan yang kemudian dituangkan dalam sebuah tulisan adalah cara guru brilian dalam mempertahankan eksistensinya dalam karir dan akademisinya. Mampu menyusun bahan ajar sendiri, menulis buku ajar sendiri serta mencari solusi pemecahan masalah akan setiap hambatan seputar pengajaran.. Dan kali ini pemateri kita Bapak Joko Irawan Mumpuni memberikan banyak sekali ilmu baru bagi kita semua.
Mulai dari paparan pertama Writing Preneurship, sebenarnya Publikasi Bagi akademisi itu untuk apa sih ?
Kita sebagai guru bisa dikatakan sebagai Akademisi ataupun Pendidik juga , lalu menerbitkan tulisan itu sebenarnya untuk apa?, sebenarnya ada apa dengan penggunaan kata publikasi atau penerbitan diawal ? bukan kata menulis? Karna Kalau kata menulis itu ujungnya tidak diterbitkan itu gampang, semua orang bisa menulis buku jika ujungnya tidak diterbitkan oleh media masa harian atau maupun pun menjadi sebuah buku.
Dari pengalaman beliau selama ini , beliau menemukan calon penulis tersebut rata – rata hanya berorientasi pada profit atau ingin mendapatkan royalti yang besar dan apakah itu salah ? tentu tidak juga, kemudian ada juga yang motivasinya itu bukan berorientasi pada uang semata tapi pada Nirlaba/ Pengabdian, hidup ini harus mengabdi, hidup ini mesti berarti bagi sesama maka saya harus menulis, atau ada tujuan lain yaitu sebatas untuk promosi diri , untuk branding supaya bisa diangkat dalam jabatan tertentu seperti menjadi ketua , menang Pilkada dan lain sebagainya dan semua itu penting karna menulis itu bisa digunakan untuk promosi diri dan bagi guru sendiri , mereka sangat bersemangat sekali untuk menulis karena harus memenuhi regulasi untuk kenaikan pangkat.
Perhatikan gambar ini !
Terkait dengan tulis menulis saat ini, sebetulnya kita merasa berada pada posisi tangga urutan keberapa sih ?
Ayo kita lihat yuk !
Tangga paling bawah ( I won’t to Do it) saya tidak akan mau menulis, jadi disini kita tidak ada kemauan sama sekali untuk menulis.
Tangga kedua dari bawah ( I Can’t Do It) saya tidak bisa menulis, sebagai seorang guru rata – rata pasti sudah pernah kuliah dan saat kuliah kita pasti sudah pernah menulis seperti membuat makalah presentasi, laporan study dan juga menulis skripsi akhir berarti guru sebetulnya sudah bisa dikatakan bisa menulis. Tapi mengapa kemudian tidak berkembang atau pun tidak muncul produk – produk baru yang dihasilkan guru tersebut bisa jadi karna ada persoalan – persoalan yang lain diantaranya ialah rasa malas yang mendominasi diri.
Pada tangga paling atas ada (Yes I Did It ) Ya mudah – mudahan kita sebagai guru berada pada tangga paling atas ini, dimana kita mampu dan mau menulis yang kemudian hari dapat diterbitkan menjadi sebuah buku yang sangat bermanfaat untuk kemajuan dunia pendidikan bangsa kita, Amin.
Gambar Ekosistem Idustri Buku
Sebuah bagan yang terlihat rumit, bukan ?, kata industri itu sendiri merujuk pada ekosistem, ekosistem berasal dari kata ekonomi, ekonomi itu ujung – ujungnya adalah uang. Artinya apa, dunia penerbitan itu termaksud penerbit Andi adalah perusahaan profitable yang mencari keuntungan untuk bertahan hidup untuk semua karyawannya . Jadi sekali lagi penerbit itu rata – rata bukanlah lembaga nirlaba yang tidak mencari keuntungan akan tetapi sebaliknya penerbit mencari keuntungan artinya apa ?, dalam menerbitkan sebuah buku tidak mungkin dilakukan sembarangan, kalau tidak yakin akan mendapatkan keuntungan .
Kalau diringkas sebetulnya hanya ada 4 bagian atau empat komponen stakeholder saja kelompok besar yaitu ;
Yang disebut Pembaca itu ialah pasar atau pembeli, lalu siapakah pelaku industrinya yaitu ada tiga ; 1. Penerbit 2. Penyalur dan 3. Penulis.
Jika ada orang awam dalam hal ini bertanya seputar dunia penerbitan, bunyi pertanyaannya seperti ini ” Jika satu judul buku saya anggap satu buah proyek, siapa yang dapat keuntungan uang atau rupiah paling banyak ? apakah Penerbitnya, Penyalurnya atau Penulisnya ?",Pastinya ada yang berpikir diantara kita bahwa dalam satu proyek penerbitan buku, palingan yang diuntungkan adalah penerbit, kalau ada yang berpikir yang paling di untungkan adalah penerbit, itu adalah fitnah (hahaha) yang betul itu ialah seperti ini formulasinya , Jika buku itu berharga Rp.100.000 ditoko buku sebetulnya toko buku sebagai distributor sudah minta Rp.30.000 kepada penerbitnya atau minimal 30% kepada penerbit, lalu untuk penulisnya ialah 10 % dan sisanya itu dikelolah oleh penerbit untuk ongkos produksi, ongkos SDM, promosi dan lain sebagainya maka sisanya tidaklah banyak hanya sekitar 2 sampai 3 % sebetulnya kalau dihitung perjudul buku keuntungan terkecil itu ialah diterima oleh penerbit buku, tapi kenapa penerbit buku bisa bertahan lama, awet dan berumur panjang? Karna walaupun keuntungannya tadi sekitar 2 ataupun 3 % tetapi penerbit bukan hanya menerbitkan satu judul buku saja, sudah banyak judul buku yang diterbitkan jadi pengalinya sudah banyak . tidak seperti penulis yang hanya dapat 10 % yang hanya menulis satu judul buku saja, berbeda dengan penerbit 2 sampai 3 % tadi bisa dikali dengan beribu judul buku yang diterbitkan. Akan tetapi jika buku itu tidak laku lalu siapa yang akan menanggung kerugian? Yaitu adalah penerbit bukan penulis, penulis hanya berkurang royaltinya saja.
LALU APA – APA SAJA PENGHAMBAT PERTUMBUHAN INDUSTRI PENERBITAN BUKU?
Literasi di Indonesia sebenarnya sangat ketinggalan jauh dengan negara – negara lain,mengapa ? memang ada 3 hal penghambat
Adapun penghambat pertumbuhan industri penerbitan buku diantaranya ialah ;
Minat Baca, pada dasarnya budaya membaca / minat baca masyarakat kita itu kurang, masyarakat kita cenderung lebih suka menonton oleh karna itu sisa waktu yang kita miliki dirumah untuk apa ? menonton you tube dan menonton televisi.
Mengapa literasi kita itu tertinggal yaitu minat tulis kita itu kurang , kita cenderung minat akan mengobrol , ngomong yang tidak jelas makanya kalau kita disuruh cerita berjam – jam itu sangat kuat tetapi jika kita diminta untuk menuliskannya maka baru dapat sepatah dua patah kata pasti akan terputus disitu – situ saja .oleh karena itu budaya kita bukan budaya tulis tetapi budaya oral/ ngomong. Oleh karena itu kita harus mulai belajar mengalimatkan tulisan dari apa yang kita pikirkan bukan hanya sekedar diomongkan saja.
Apresiasi Hak Cipta
Banyak masyarakat kita itu tidak menghargai karya cipta orang lain termaksud buku, buku banyak di fotokopi, banyak dibajak,dan sekarang akhir – akhir ini yang paling merugikan penulis dan penerbit ialah bukan fotokopian lagi melainkan adalah adanya ebook ilegal, buku – buku yang resmi itu di scan dalam format PDF dan kemudian di distribusikan. Itu yang paling cepat berkembang. Tidak perlu biaya besar bisa langsung dikirim lewat email dan lain sebagainya. Sehingga hal – hal semacam itu bisa cepat sekali beredar dan merugikan penulis dan penerbit.
Bayangkan jika kita mempunyai naskah atau apapun itu pasti kita punya pikiran akan menerbitkan naskah kita melalui penerbit manapun termaksud penerbit Andi, lalu langkah apa yang pertama yang harus kita lakukan itu proses tersebut :
Mengirimkan naskah itu ke penerbit, oleh penerbit pertama – tama akan dinilai, direview, bukan untuk menghakimi , bukan untuk merendahkan naskah itu tetapi hanya dievaluasi dengan pertanyaan besar yaitu “ apakah naskah tersebut jika di jadikan buku laku tidak ? jadi ketika ditolak , kita tidak boleh tersinggung karna pertimbangan penerbit adalah pertimbangan ekonomi, bagimana laku tidak dengan buku tersebut, lalu penerbit bisa salah tidak,? Bisa . tetapi penulis jauh lebih bisa salah buat judul karna apa, penerbit itu sudah berpengalaman bertahun – tahun, jatuh bangun dengan sekian ribu judul buku yang laku ataupun tidak dipasaran sehingga mereka sudah hafal betul dengan kemauan pasar laku tidak model yang seperti seperti itu, dan lain sebagainya.
Setelah naskah tersebut dinyatakan diterima lalu diminta softcopy lengkap kemudian penulis diminta untuk tanda tangan surat perjanjian tapi jika naskahnya ditolak naskahnya akan dikembalikan, lalu boleh tidak naskahnya dikirim lewat email?, ya boleh, tapi kami sarankan naskah yang dikirmkan itu dicetak atau dalam bentuk hard print karna jauh lebih aman bila dalam bentuk soft copi tidak aman karna takutnya berpindah tangan dan diterbitkaan dengan nama orang lain maka penulis aslinya akan dirugikan karna banyak kasus seperti itu. Oleh karena itu untuk dievaluasi oleh penerbit cukup dicetak dikertas, kertas bekas tidak apa – apa tidak harus semua naskah total bab 1 sampai bab terakhir, separuh saja tetapi TOC nya lengkap, daftar isinya harus lengkap, judul harus ada kemudian CV Penulis juga harus ada, Sinopsis juga harus ada. Dari situ penerbit sudah bisa memutuskan diterima atau tidak, jika diterima maka akan diminta soft copy nya disitu baru akan dikirim ke penerbit, selanjutnya akan dilakukan proses editing, proses setting, kemudian proses cetak dan lalu dijual.
Sebenarnya apa itu proses editing dan setting , penerbit tidak pernah menolak naskah untuk tidak bisa diterbitkan dengan alasan Editorial yang buruk, titik koma yang salah, tidak!. Kami tidak pernah menolak naskah dengan alasan seperti itu kenapa? karna kami punya banyak editor , karna di penerbit andi saja ada sekitar 60 lebih editor yang ahli bahasa semua, sehingga tidak masalah naskah kita terdapat salah kalimat ataupun salah ketik.sejelek apapun akan diedit ulang oleh para editor mereka, kadang penulisnya merasa kaget dengan hasil editing akhir yang diserahkan penerbit, kok jauh lebih enak dibaca?. Lalu yang selanjutnya Judul siapa yang menentukan? Di setting itu termaksud membuat cover judul, dalam membuat cover adalah usulan dari penulis lalu dimodivikasi oleh penerbit supaya apa?, supaya bukunya laku dipasaran. Kenapa begitu, terkadang penulis membuat judul sembarang, terlalu formal seperti skripsi, terlalu kaku atau bertele – tele , ditakutkan nanti tidak ada yang beli padahal pemilihan judul itu harus menarik,bukan ?, harus membangkitkan minat baca orang . kenapa begitu, karna buku – buku yang dijual ditoko buku itu dalam keadaan dibungkus plastik, di Repping, isinya tidak boleh dibuka, oleh karna itu judul, cover, dan sinopsis itu sangat penting untuk menjual buku itu sendiri, karna hanya bagian dari ketiga hal itu yang terlihat. Jadi tidak boleh sembarangan untuk membuat judul buku dan kover.
LALU BAGAIMANA BUKU BISA SAMPAI KE TOKO BUKU ?
Sebelum dicetak masif, pencetak mengirimkan naskah yang sudah dijadikan buku walaupun Cuma satu dikirimkan kepada penulis untuk dilakukan Proving atau istilahnya koreksi akhir agar nanti ketika dicetak masif tidak ada kesalahan yang fatal dan setelah dikoreksi oleh penulis maka dikembalikan lagi ke penerbit untuk dilakukan koreksi seperlunya kemudian dibuatlah yang kemudian disebut dengan PLAT, Plat itu ialah untuk membuat cetakan secara masif dimesin pencetak
JUJUR, yaitu jujur dalam melaporkan jumlah cetak, jumlah buku yang laku dan jujur dalam mengirim royalti. Jangan terjebak pada Broker naskah yang tidak menghargai naskah sama sekali, dibeli 500 ribu ataupun satu juta sekali saja selama – lamanya tidak akan dapat lagi uang penulisnya itu, lalu diterbitkan atas nama siapa ? atas nama orang lain yang mau membayar.oleh karna itu pilih penerbit yang bisa dipercaya.
Apa yang penulis peroleh jika bukunya diterima dan diterbitkan oleh penerbit?
Kepuasan Bathin
Reputasi
Karirnya meningkat
Uang
Sistem Penilaian di Penerbitan
Peluang Potensi Pasar bobot 50 %
Keilmuan Bobot 30 %
Reputasi Penulis dan editorial masing – masing berbobot 10 %
Tapi kadang – kadang Reputasi Penulis berpeluang 100% di pangsa pasar, terkadang penerbit menolak naskah bukan semata – mata urusan bahasa ternyata cenderung kepada urusan pasar
Lalu pertanyaannya sebetul apa sih, naskah yang diterima oleh penerbit ?
Ada 4 kuadran yaitu :
Ada tema tidak populer tapi penulis populer(diterbitkan , karna yang dijual adalah nama penulisnya), contohnya pak presiden mau menulis buku dengan tulisan seadanya dan tema biasa saja ,pasti diterbitkan.
Tema Populer Penulis Populer, ini yang paling bagus karna dapat meraih keuntungan yang sangat besar
Tema Tidak Populer Penulis Tidak Populer
Tema Populer Penulis Tidak Populer , sangat disarankan untuk penulis awal untuk mencari tema yang populer meskipun kita belum populer.
Bagaimana untuk mengetahui tema – tema tersebut adalah tema yang populer ? yaitu dengan mencari tahu tema – tema yang lagi trending itu di Internet dan kemudian lakukanlah Riset dengan membuka Google Trends.melihat tingkat grafis dan pemasarannya.
So... Teman – teman bagaimana dengan materi kuliah online kali ini?
Cukup banyak ilmu pengetahuan yang kita ketahui, bukan?
Teruama buat saya .
ADA SEBUAH KUTIPAN YANG SANGAT MENARIK BUAT SAYA YAITU ;
MENGINGAT SAYA BUKAN ANAK DARI ORANG BESAR , DAN SAYA ANAK DARI KEDUA ORANGTUA SAYA YANG BIASA SAJA TAPI LUAR BIASA BAGI SAYA, MAKA SAYA MEMUTUSKAN UNTUK MULAI MENULIS.
SAYA, NOVI PUSPITASARI,S.Pd.
DARI SDN 55 DARA KOTA BIMA
Mantap banget Bu, meskipun saya baru membaca cepat, jenengan termasuk "I did it" ๐ช๐ผ๐๐ผ
BalasHapusMatur Nuhun Bapak Suryono๐, wish we all can did it....Amen
HapusKereeeen Bu Novi, mhn bimbingannya klu sy bingung teknis isi blog..trims (elly)
BalasHapusMakasih Bu Melati ER, Kita sama-sama belajar, dari tidak tahu menjadi tahu yang penting kita punya tekat yang kuat๐
HapusCepat, lengakp dan mantap Buu,๐๐
BalasHapusHasil Bergadang sampai shubuh tu, pak. Mudah-mudahan kita tetap semangat ya...,Makasih๐
Hapussudah menjadi penulis beneran
BalasHapusDoain ya...,semoga Allah meridhoi.๐คฒ Amin Allahumma Amin.Thanks to Allah
BalasHapus